by svrinai
part of zhkansas
...
Letak meja dan kursi di kelas itu berantakan karena beberapa kali meja-meja tersebut terdorong oleh Ian yang tak bisa lolos satu kali pun dari serangan seseorang yang tak dia kenali itu. Wajahnya babak belur. Seluruh tubuhnya sakit akibat terbentur dengan benda-benda di sekitarnya.
Pikiran Ian langsung ke mana-mana setiap kali mendapatkan serangan. Apakah ini akhir dari hidupnya? Siapa siswa yang memukulinya itu? Tak mungkin siswa D'Graham yang mengajarnya tiba-tiba. Darimana dia mendapatkan celana milik siswa D'Graham jika memang dia berasal dari STARA?
Ian tak bisa menerima apa yang terjadi padanya. Apa salahnya? Dia bahkan tak mengenal sosok itu. Ian lalu mengingat Aneta. Jika itu karena dia telah mengganggu Aneta yang merupakan siswi dari STARA, maka semua yang dia dapatkan ini masuk akal. Sudah menjadi hal biasa ketika ada yang diganggu oleh murid dari sekolah lain, maka pengganggu itu akan mendapatkan pembalasan berkali-kali lipat bahkan tawuran pun tak dapat dihindari.
Namun, Ian tak menyangka satu sosok itu akan membuatnya jadi tak berdaya. Baru kali ini dia dilempar bagaikan benda mati. Dia tak bisa membalik waktu. Membuat sekolah terlibat dalam masalah mereka hanya akan membuat dirinyalah yang rugi. Sekolah tak akan percaya padanya sekalipun dia melakukan playing victim.
Satu-satunya hal yang membuatnya jadi bersemangat adalah pembalasan dendam. Suatu saat dia akan mencari sosok di depannya itu dan menghancurkannya bagaimana pun caranya.
Namun, semua pemikiran itu harus dia tarik kembali. Dia tak bisa melakukan apa pun sekalipun itu berlari ke pintu kelas. Pakainnya ditarik, dipaksa terbuka, membuat harga dirinya tercabik-cabik. Momen seperti ini yang sempat dia bayangkan untuk dia lakukan kepada Aneta dengan pemikiran hanya untuk bersenang-senang, tetapi semua berbalik kepada dirinya sendiri.
Dia tak mampu bicara untuk mengeluarkan berbagai umpatan akibat rasa sakit yang diterimanya dari pukulan bertubi-tubi dari monster di depannya itu. Bibirnya sebagian kebas, sebagian sakit, bengkak, dan berdarah. Sebelah matanya mulai merasakan hal yang sama.
Semua terlalu sakit hingga membuatnya semakin tak bisa menggerakkan tubuh. Dirinya hanya pasrah ketika melihat siswa itu dengan sebelah matanya yang menyipit karena terkena pukulan. Satu matanya yang lain telah menutup dan lebam.
Kini dia terbaring tak berdaya di atas lantai yang dingin dan hanya mengenakan celana dalam. Ketika dilihatnya cahaya yang berasal dari blitz kamera ponsel, dia langsung menghalau wajahnya dengan tangan.
Semua yang ingin dia lakukan kepada Aneta untuk mengancam, kini berbalik kepada dirinya sendiri dengan cara yang mengenaskan.
Dia benar-benar dipermalukan.
"Tugas lo adalah mastiin semua temen lo untuk nggak buat onar lagi dengan murid STARA yang terlibat hari ini."
Telinga Ian berdenging. Rasanya telinganya juga ikut terluka. Dia hanya mampu mengangguk perlahan.
"Inget baik-baik, oke? Gue masih terlalu baik karena nggak buat lo telanjang bulat sebelum gue foto. Kalau kalian nyelekain salah satu dari mereka, foto lo bakalan terpampang di internet dengan tulisan penjahat kelamin. Bukan gue yang akan sebarin, tapi lo sendiri."
Ian terdiam kaku. Apa maksudnya?
Ian mendapatkan garis besarnya. Dia membayangkan bagaimana siswa STARA itu mendatanginya dan memaksanya untuk mengunggah fotonya sendiri ke internet, lalu setelah itu dia akan kembali dipukuli. Dibuat babak belur dua kali lipat lebih parah daripada yang dirasakannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...