by svrinai
part of zhkansas
...
"Lo mau jadi cewek gue?"
Itu adalah bisikan yang muncul di benak Elon dan merupakan sebuah rencana yang tak bisa Elon katakan. Lebih tepatnya bukan tidak bisa, tetapi Elon yang sudah berumur 16 tahun itu belum pernah pacaran dan tak tahu cara baik menembak seorang cewek.
Apalagi kepada Aneta yang merupakan cinta pertamanya.
Ya, Elon mengakui dengan tegas bahwa Aneta adalah cinta pertamanya.
Tangan yang lebih kecil dari tangannya itu ingin sekali Elon genggam lagi, tetapi dia masih cukup tegang untuk menggenggamnya.
Elon memelankan langkah untuk berada sedikit di belakang Aneta dan memperhatikan Aneta sambil berpikir. Bagaimana ya cara baik menembaknya? Atau bertanya pada Rangga, Mulyo, dan Key saja? Atau kakaknya, Malvin? Dia kan sudah pernah pacaran. Atau langsung mengatakan saja bahwa dia menyukai cewek imut di depannya ini?
Elon menggaruk kepala belakangnya frustrasi. Tak sengaja dia melihat sebuah keluarga kecil. Seorang ayah, ibu, seorang anak perempuan di gendongan ayahnya, dan bayi mungil di dalam kereta bayi yang sedang didorong oleh ibunya.
Kira-kira, seperti itu masa depannya dengan Aneta?
Atau cukup satu anak saja, ya? Kalau saja laki-laki bisa melahirkan, dia akan menggantikan Aneta melahirkan banyak anak mereka.
"Elon."
DEG. Elon langsung menatap Aneta dengan terkejut. Detak jantungnya menjadi cepat dalam beberapa detik.
Aneta menaikkan alis. "Mau nyeberang?"
"Iya, lah." Cowok itu berdiri di samping Aneta. Detak jantungnya kini kembali normal. Jemarinya menyentuh jemari Aneta tanpa mengatakan apa-apa, lalu perlahan-lahan digenggamnya tangan mungil cewek itu.
Apa semua tangan cewek sekecil ini? Elon membatin. Tangannya imut.
Keduanya bergeming di tepi jalan, menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki menyala, dan tangan yang tak mau saling melepas itu menjadi perhatian orang-orang yang tak sengaja melihat keduanya.
***
Setelah memastikan Aneta menaiki bus sekolah, Elon bergegas untuk pergi. Mika bilang ada perkumpulan dan Elon adalah salah satu orang yang wajib datang. Elon pikir dia beruntung karena malam ini papanya akan pulang terlambat karena ada pertemuan yang harus dia lakukan. Elon yakin tak salah dengar karena papanya mengatakan hal itu langsung kepada mama.
Sekarang juga masih pukul empat sore. Masih ada banyak kesempatan bagi Elon untuk ikut pertemuan. Dia satu kali menaiki kendaraan umum, lalu setelah itu berjalan kaki selama lima belas menit sampai akhirnya tiba di sebuah rumah mewah berwarna putih bak istana yang ketika dia masuki hanyalah sebuah bangunan yag terlihat belum jadi.
"Lo telat," kata Mika, duduk di atas sebuah meja sambil menguap. Matanya terlihat berat. Penampilannya selalu saja terlihat seperti orang yang tidak pernah tidur. "Anak-anak udah pada balik."
"Yes." Elon tersenyum lebar sambil mengayunkan sikunya. Pantas saja suasana terasa sepi di ruangan paling luar. Di bagian dalam terdengar suara para anggota yang sedang latihan bela diri. "Gue boleh langsung pulang, dong, Kak?"
"Nggak mau denger sesuatu? Ini tentang lo, sih." Mika menggaruk kepalanya.
"Apaan?"
"Lo jadi pemain lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...