24

961 224 41
                                    

by svrinai

part of zhkansas

...

PRIIIIIIIIT

PRIT

PRIT

PRIIIIIIIIT

"KEEEY!" Semua murid di kelas X IPA 5 menutup telinga sembari memandang Key yang masih tak mau berhenti meniup peluit yang diambilnya dari dalam gudang olahraga. Dia berlari keluar dari kelas hanya mengenakan kaos oblong dan celana olahraga yang satu bagiannya dia gulung sampai lutut. Rangga dan Mulyo ikut mengejarnya setelah sebelumnya berusaha membangunkan Elon yang masih tidur di atas meja.

Suasana sekolah tak tenang sejak bel istirahat telah berbunyi. Keributan di mana-mana. Suara percakapan memenuhi area. Langkah sepatu yang keras. Siswa-siswa yang berlarian ke sana kemari untuk menikmati kebebasan mereka yang hanya akan berlangsung selama 30 menit.

"Mau bareng atau sama yang lain?" tanya Alona, memandang Aneta yang sibuk mencuri pandang ke bagian belakang. Alona menahan senyum penuh arti. "ANETA!"

Aneta langsung menatapnya dengan terkejut. "Ah, ya? Kenapa?"

"Mau bareng?" tanya Alona lagi. Masing-masing tangannya menggandeng tangan Dania dan Geisha. "Atau ada urusan lain?"

"Oh, kalian pergi duluan. Gue masih mau selesaiin ini," balas Aneta. Dia bertopang dagu sambil memutar-mutar pulpen. Tatapannya tertuju pada buku catatan miliknya yang memang belum selesai. Hanya tersisa satu baris lagi.

"Kalau gitu kami duluan, ya! Gue bakalan sediain kursi buat lo. Babay!" Alona melambaikan tangan dan menarik Dania dan Geisha untuk pergi. Alona langsung paham situasi dan memberikan waktu untuk Aneta melakukan apa yang ingin dia lakukan.

Aneta akhirnya bisa menoleh dengan bebas ke belakang. Dia merasa tidak nyaman jika terang-terangan menatap Elon di depan Alona dan yang lain apalagi tiga teman Elon yang berisik itu. Meski saat ini di kelas itu masih ada beberapa siswi yang duduk bercengkerama, tetapi Aneta merasa biasa saja dengan apa pun pandangan mereka.

Dia memperhatikan Elon yang masih tertidur di atas meja. Elon menutup matanya dengan lengan. Satu kakinya tertekuk ke atas, satunya dia sandarkan di atas lutut yang tertekuk itu. Apa yang menjadi masalah sekarang bagi Aneta adalah Elon masih tertidur. Dia tak mungkin mengganggu waktu tidur cowok itu.

Bagaimana pun dia sangat khawatir. Siswa D'Graham yang licik itu telah melemparkan kaca kepada Elon dan ternyata membuat luka di kepala Elon. Meski sudah sempat Elon obati, tetapi Aneta masih merasa harus memastikan bahwa Elon baik-baik saja.

"Argh!"

Aneta terkejut. Baru saja Elon menggeram.

"Hah. Astaga." Elon turun ke bangkunya, duduk dengan mata yang masih berusaha terbuka sempurna. Tak lama kemudian dia berbaring lagi dengan dua bangku yang membuat bagian tengah tubuhnya tak terdapat tumpuan apa pun. Akhirnya, dia kembali duduk sambil mengusap tubuh bagian sampingnya. Dia lalu bertopang dagu dan langsung memandang ke tempat Aneta.

Tadinya dia ingin memastikan apakah Aneta masih ada di kelas atau sudah pergi dengan yang lain karena kelas terasa kosong, tetapi cewek itu ternyata memandangnya dengan pandangan ragu-ragu.

Elon menaikkan alisnya tinggi-tinggi. "Apa, Net?"

Semalam, Aneta telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak canggung lagi di depan cowok itu. Dia akhirnya berdiri dan berhenti di samping Elon. Cowok itu sampai mendongak untuk menatapnya. Aneta memperhatikan luka di kepala Elon yang tertutupi oleh rambut tebalnya. Namun, karena tak bisa melihat dengan jelas, akhirnya Aneta memberanikan diri untuk menyentuh helai demi helai rambut cowok itu.

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang