by svrinai
part of zhkansas
...
"Meow?" Kucing berbulu lebat dan berwarna putih itu memandang Aneta sambil mengibaskan ekornya. "Meow?"
"Tataaa, aku lagi ribet. Nanti, yaaa?" Aneta sibuk sejak tadi. Meski begitu. Saat ini Tata ingin dimanja karena sejak beberapa jam lalu babu Tata itu mempersiapkan camilan untuk teman-temannya.
Meskipun Elon dan yang lain belum datang karena masih ada sekitar setengah jam lalu dari jadwal kedatangan mereka, tetapi Aneta justru menjadi semakin gugup dibandingkan semalam. Semalam dia sampai sulit tidur karena untuk pertama kalinya ada banyak teman SMA yang datang ke rumahnya. Ada beberapa cowok pula.
Ditambah di antara cowok-cowok itu ada seseorang yang dia sukai.
Keberadaan Tata membuat Aneta bisa meredakan rasa gugup yang menjengkelkan. Dia melihat Tata yang sedang berbaring di lantai sambil menunjukkan perutnya. Matanya yang bulat dan menggemaskan membuat Aneta ingin segera memeluk kucing itu erat-erat.
Dia tak boleh menyentuh Tata. Tangannya harus tetap bersih karena dia saat ini sedang memasukkan kue kering—yang dibuatnya bersama Mama dari semalam—ke dalam stoples. Mama yang berinisiatif membuat kue. Selain itu, Aneta juga sudah menyiapkan snack yang dibelinya dari minimarket.
Vina sampai menganggap si bungsu itu terlalu berlebihan. Padahal teman-teman Aneta datang bukan untuk piknik, melainkan belajar bersama.
"Nah, selesai~" kata Mama sambil menggeser stoples yang diisinya dengan penuh. Diambilnya stoples Aneta untuk dibawa ke meja agar dirapikan.
Aneta segera mencuci tangannya untuk menghilangkan serpihan kue. Setelah mengelap tangannya dengan kain, dia langsung berlari menghampiri Tata. Namun, Tata langsung berlari menjuh darinya. Keempat kaki kucing itu hanya berlari di tempat selama beberapa detik karena bulu di kakinya yang mulai panjang di bagian itu menghalau pijakan telapak kakinya dengan keramik lantai.
Tata mengerem di depan pintu yang terbuka. Dilihatnya seorang yang berdiri di teras rumah dengan waspada. Kucing itu mundur perlahan. Tatapan waspadanya tak dia lepaskan dari sosok cowok bersweter putih yang melihatnya sambil tersenyum.
Tata akhirnya berbalik sambil berlari dan tak sengaja menabrak kaki Aneta, tetapi kucing putih itu tetap berlari kencang memasuki kamar Aneta dan bersembunyi di bawah meja belajar dalam kamar itu.
Aneta terkejut melihat Elon yang berdiri di beranda rumah. Mata cowok itu berusaha mencari keberadaan Tata yang sudah menghilang.
"Kucing gue introver...," kata Aneta pelan. Dia gugup. Apa yang harus dia lakukan? "Ayo, masuk. Lo nggak bareng yang lain?"
Elon menggeleng-geleng, lalu dia memasuki ruang tamu dan duduk di sebuah kursi. Dia membuka sweternya menyisakan sebuah kaos biru gelap.
"Bentar, ya!" Aneta lalu masuk ke dapur.
Elon baru sadar dia belum mengatakan apa pun. Cowok itu berdeham. Jemarinya saling bertaut. Ditatapnya ruang tamu itu pelan-pelan. Tak ada pajangan sama sekali kecuali jam dinding yang fungsinya memang untuk memperlihatkan waktu yang terus berjalan.
Dia mengharapkan sebuah foto keluarga yang biasanya sering dipajam di ruang ramu oleh para pemilik rumah.
Cowok itu membuka tasnya dan mengeluarkan delapan rangkap kumpulan soal Matematika beserta jawabannya yang sudah dia siapkan sejak semalam. Semua tentang materi yang baru-baru ini diajarkan oleh Bu Tresna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...