by svrinai
part of zhkansas
...
Aneta membiarkan dirinya berjalan paling belakang sembari menikmati setengah potong es k*ko. Tenggorokannya terasa segar, membuatnya merasa tak ingin es itu habis dengan cepat. Suara langkah sepatu dari beberapa orang disertai percakapan yang tak asing lagi, membuat Aneta refleks menepi ke dinding. Meski tak mendengar suara Elon di antara suara percakapan beberapa cowok yang sedang berlari itu, tetapi Aneta sudah bisa menebak bahwa Elon ada di antara mereka yang berlari.
Benar. Elon berlari paling belakang, tetapi posisinya menjadi paling depan ketika Key, Rangga, dan juga Mulyo menyejajarkan langkah mereka dengan Alona, Dania, dan juga Geisha. Alhasil, Elon sudah tak terlihat lagi karena cowok itu tiba di kelas lebih dulu.
Aneta hanya bisa melihat Elon dan tak pernah berani menyapa lebih dulu. Walau kemarin mereka ada dalam kondisi yang mau tak mau membuat keduanya berdekatan, tetapi kondisi itu belum bisa membuat Aneta merasa dekat dengan Elon bahkan untuk mengucap terima kasih karena plester pereda nyeri yang Elon berikan saja sulit untuk dia katakan.
Langkah Aneta memelan ketika menyadari ada perantara yang bisa membuatnya menyampaikan ucapan terima kasih itu. Diambilnya ponselnya dari saku rok, lalu satu dia mulai mengetikkan kata-kata dalam ruang percakapannya dengan Elon yang masih kosong.
Itu adalah sebuah keberanian yang berusaha Aneta kumpulkan dalam waktu singkat.
Makasih udah ngasih yang tadi. Itu. Pereda nyeri..
Ketika ucapan terima kasih itu baru saja terkirim, Aneta merasa ingin menarik pesannya kembali yang terkesan canggung. Aneta menyimpan ponselnya dan segera melangkah bertepatan dengan namanya yang dipanggil beberapa kali oleh Alona dan Dania.
Aneta pikir atau tepatnya dia berharap Elon akan membalas pesannya, tetapi nyatanya tidak ada pesan balasan dari Elon sampai istirahat kedua.
Bahkan ketika mereka tak sengaja saling bertatapan, Elon langsung memalingkan wajahnya. Itu tak aneh karena yang aneh bagi Aneta adalah raut cowok itu ketika bersitatap dengannya menjadi berbeda dari biasanya.
Elon memandang Aneta seolah-olah dia tak mengenal cewek itu.
***
Key menyadari perubahan mendadak pada Elon. Sikap Elon yang tak biasanya itu membuat Key langsung tahu pelaku di balik perubahan Elon. Ditatapnya Rangga dengan pandangan heran, tetapi yang ditatap sedang sibuk bermain game.
Mulyo juga langsung paham akan situasi yang tak biasa tersebut. Mustahil Elon memilih belajar dibanding mendapatkan kesempatan untuk bermain game meski temannya itu merupakan peringkat pertama di kelas.
"Tanggung jawab lo udah bikin galau anak orang," kata Mulyo kepada Rangga yang seolah-olah tuli. "Lo jadi aneh."
Rangga menjeda permainannya, lalu mengorek kuping. Kemudian lanjut bermain.
Key berdecak dan mendekati Elon sambil memelas. "Ayo, dong! Gue kangen siomay depan sekolah. Keburu nggak diizinin Pak Damar, nih?" Key tak bisa membujuk Pak Damar sebaik Elon, makanya Key butuh cowok itu.
Elon menggerakkan tangannya—mengusir—dan lanjut mengerjakan soal. Dia bukan lagi mengerjakan soal-soal pelajaran kelas X, tetapi kelas XI yang tentunya Key, Rangga, apalagi Mulyo tak tahu soal pelajaran kelas berapa di lembaran-lembaran itu.
Elon melakukan hal tak biasa itu di kelas karena ingin mengalihkan sejenak pikirannya dari perkataan Rangga yang masih menghantuinya. Ketika tak sengaja bertatapan dengan Aneta beberapa saat lalu, Elon refleks memalingkan wajah dan dalam hitungan detik itu perkataan Rangga akan keagresifan dan tingkahnya membuatnya jadi tak tenang.
![](https://img.wattpad.com/cover/318269376-288-k483988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Flowers
Teen FictionSELESAI ✔️ Aneta berharap dia tak akan pernah merasakan apa itu cinta karena dia tak mau patah hati seperti kakak perempuannya yang hidupnya berubah hanya karena satu cowok. Namun, kehadiran seseorang di hidup Aneta menghancurkan harapan itu. Jatuh...