36

912 204 14
                                    

by svrinai

part of zhkansas

...

Aneta....

Pemilik nama itu segera berpaling. Dia pikir matanya sedang bermasalah sekarang.

"Lo banyak berubah, ya," gumam Aneta. Dia sendiri tak menyangka pemikirannya itu terucap begitu saja, membuat Elon yang awalnya ingin berenang kembali akhirnya punya alasan untuk berbincang lebih lama dengan cewek itu.

"Berubah gimana?" tanya Elon sembari berbalik untuk menatap Aneta. "Perasaan dari dulu gue gini aja."

"Itu ... tato, ya?" tanya Aneta tanpa melihat apa yang dia maksud. "Yang di pinggang lo."

"Salfok, ya?" Elon melihat ketidaknyamanan di wajah Aneta. "Sepertinya lo bisa tahu apa yang tertulis di sini. Kalau lo nggak nyaman, gue bisa hapus kapan aja."

Aneta merasa aneh dengan percakapan mereka. "Maksud gue bukan gitu...."

"Lo nggak suka tato?" tebak Elon yang masih berdiri di tepi kolam. Terus memandang Aneta yang mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Enggak.... Maksud gue...." Aneta tak bisa meneruskan kata-katanya. Dia bingung sendiri.

"Iya, sih. Lo mana mungkin suka cowok bertato. Besok gue hapus," kata Elon.

"Maksud gue bukan gitu...," bisik Aneta. "Apa hubungan gue sama lo yang bertato...."

Elon berjalan melewati Aneta setelah mengambil handuknya. "Lo mau di sini? Nggak di dalam aja?"

"Ah, iya, thanks," balas Aneta pelan. "Gue mau di sini dulu."

"Oke."

Setelah cowok itu pergi, Aneta hanya bisa merenung. Perkataan Elon masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Lo mana mungkin suka cowok bertato. Besok gue hapus."

Apa maksudnya itu? Aneta tak mau merasa percaya diri, tetapi ucapan Elon terlalu terang-terangan hingga membuat Aneta terbawa perasaan.

Dia menghela napas panjang. Rasanya aneh. Seperti ada kupu-kupu beterbangan di perutnya. Sensasi menyebalkan itu kembali muncul karena Elon.

Katanya, cinta pertama itu sulit dilupakan. Aneta merasa perasaannya pada Elon belum bisa hilang. Namun, Aneta tak berharap apa-apa pada cowok itu. Saat masih kelas sepuluh, Aneta merasa bahwa Elon mengkhianatinya padahal dia sendiri tahu bahwa Elon tak pernah menyatakan perasaan padanya.

***

Sudah hampir satu jam dan Sheila tak juga memperlihatkan batang hidungnya. Sheila juga tak membalas pesan yang Aneta kirimkan.

Saat ini Aneta duduk di ruang tengah rumah itu dan beberapa saat lalu Elon datang dan duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Aneta mati kutu. Dia tak bisa bergerak bebas, hanya menyandarkan punggungnya di sofa dan itu pun kakinya sudah terasa kram sejak tadi. Dia ingin menaikkan kedua kakinya untuk bersila atau berbaring di sana, tetapi tak mungkin dia melakukannya di rumah orang apalagi di depan cowok ini.

"Gue anterin lo pulang aja gimana?" tanya Elon, memecahkan keheningan.

"Ah? Pulang. Nganter ... gue?"

Elon mengangguk. "Nggak tahu mereka ngapain di kamar nggak keluar dari tadi. Sekalian gue mau keluar juga, nggak nyaman bermalam di sini."

Aneta terkejut dengan perkataan Elon yang mengarah ke suatu hal.

Blooming FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang