"Sung, kali ini gue minta lo diem ya, jangan nyela sampai gue selesai jelasin semuanya." peringati Jeongin.
Jisung memutar bola matanya jengah. Tidak masalah, ia tidak akan mengganggu selagi telinganya masih bisa mendengar. Sementara Hyunjin yang merasa Jeongin akan berbicara serius, menghadapkan dirinya tepat di depan Jeongin.
"Kak, aku tau ini gak masuk akal, tapi sebenernya kamu itu bukan kamu."
Dahi Hyunjin berkerut bingung. "Maksudnya?"
"Singkatnya, kak Sam masih hidup."
"Dimana? Dimana dia? Kenapa sembunyi?"
Jeongin menarik napas panjang sebelum bercerita. "Ini mungkin jawaban dari pertanyaan kakak selama ini. Alasan kenapa kamu merasa janggal dengan penampilan kamu yang berubah drastis setelah keluar dari bar, dan kenapa kak Sam yang seakan hilang begitu aja. Sebenarnya kak Sam gak pernah hilang, dia ada di sekitar kita. Kamu emang kembar identik sama kak Sam, tapi gak mungkin kan kalian pakai baju yang sama? Makanya polisi sama Papa curiga sama kamu."
"Maksudnya baju yang terakhir kali dipake Sam di TKP itu sama kaya baju gue?"
"Iya, bahkan gaya rambut kamu persis kaya dia. Tadinya kasus ini mau ditutup sebagai kasus bunuh diri, tapi setelah nemu barang bukti itu, kamu dicurigai sebagai tersangka. Jasad itu akhirnya di otopsi, jejak yang polisi temuin di TKP juga diselidiki. Dan semua hasil mengarah ke kamu sebagai
... korban."
"Korban?!"
"Sidik jari korban gak cocok sama sidik jari kak Sam, tapi,
... kamu." Hyunjin membeku. Detik itu, Jeongin semakin tak tega menyambung ceritanya, nadanya bahkan semakin memelan. "Inget fingerprint di sekolah? Sebelum kamu jadi kak Sam, kamu lupa setting itu, kan?"
Pikiran Hyunjin riuh, penjelasan Jeongin mudah dimengerti namun tidak masuk akal, sehingga ia mencoba mengerti dari sudut pandang lain. "Wait, jelas-jelas gue ada di sini, gimana bisa gue yang jadi korbannya? Gak mungkin lah. Fingerprint juga pasti udah diurus bokap lo, sesuai kesepakatan kita di awal. Makanya gue bisa akses fingerprintnya dia."
"Kak, fingerprint gak bisa diubah selain sama pemilik sidik jarinya sendiri."
Sejak awal sebenarnya Jeongin sudah menyerah menjelaskan, jadi sekarang ia memberikan rekaman Sam yang tersimpan di ponselnya, berharap kali ini bisa menjawab semua kekeliruan Hyunjin tanpa menyisakannya. Jisung yang ingin tahu tanpa intruksi sudah lebih dulu mengambil posisi di dekat Hyunjin agar bisa ikut melihat.
Di awal video, kening Hyunjin berkerut. Tapi semakin video itu terputar menuju pertengahan, air mukanya mulai berubah, hingga sampai dimana video itu berakhir, mata Hyunjin membulat begitupun mulutnya. Jiwanya seakan menguap dari raga.
Ia mulai meraba pergelangan tangan hingga wajahnya. Tak puas sampai disitu, ia pun berlari menghampiri cermin. Ia pandangi pantulan dirinya cukup lama, sebelum akhirnya pandangan itu berubah datar. Tak ada maksud yang berarti, hanya tatapan kosong seperti saat dirinya mengakhiri hidup kala itu.
Mengerti, Hyunjin mengerti sekarang. Kini semuanya sudah jelas, kejanggalan yang ia pertanyakan selama ini telah terjawab. Memang agak sulit dinalar, namun itu kenyataannya, kenyataan bahwa dirinya memang tak pernah seberuntung itu. Bahkan pada titik akhir keberuntungan di hidupnya, kenapa hasil terburuk selalu menunggu?
Seharusnya dia tidak percaya begitu saja saat dirinya benar-benar selamat dari rooftop. Seharusnya dia tidak bersembunyi ke sana-sini untuk menghindari kejaran polisi yang gila. Dan seharusnya dia tidak mengasihani kematian Sam yang padahal adalah kematiannya sendiri. Bagaimana pun, hidupnya adalah yang paling malang, tidak mungkin itu terjadi pada orang lain selain dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Disappear ✔
Fanfictionft. Hyunjin & Jeongin Mereka ibarat bunglon yang menyamarkan dirinya dengan warna lain. Warna yang sebenarnya tidak ingin mereka miliki. Highest rank: #1 in Hyperthymesia #1 in Hyunin #14 in Jeongin #1 in Berbakat ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈ ✎ Start : 040122 ...