✎ 19. Flow

264 37 3
                                    

Bibir yang gemetar nan pucat itu bergerak mengucap sebuah kalimat. "K-kak, maaf ... maafin Jeongin. Jeongin bodoh gak percaya sama Kakak." Kening pria itu masih dihiasi aliran darah dan tubuhnya masih tergeletak di pinggir jalan.

Tak peduli sekeras apapun Jeongin menahan, Hyunjin tetap tahu pria itu sedang tak baik-baik saja. "Sttt, jangan nangis. Harusnya dari awal gue gak buat kesepakatan itu, harusnya gue gak nipu lo."

"Udah ku duga, ternyata papa juga yang maksa kamu buat pura-pura jadi kak Sam. Tapi kakak masih mau ketemu aku, kan? Kita bisa sama-sama lagi, kan?" lirih Jeongin, cemas.

Terdengar tawa ringan dari sana. "Kakak selalu di sini nunggu kamu."

"Kak, aku tau kakak gak salah. Ini cuma kesalahpahaman karena semuanya terjadi di luar kesadaran kakak."

"Maksudnya?"

"Kak Sam sebenernya masih hidup, cuma--shh," rintih Jeongin, merasakan kepalanya yang tiba-tiba berdenyut semakin hebat.

"Jeong? Kamu gapapa?"

"K-kak, t-tolong... s-sakit."

Ceklekk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ceklekk

Joonhyuk masuk ke dalam ruangan di mana Jeongin di rawat, membawa sekeranjang buah serta beberapa pakaian yang ditaruhnya di atas nakas. Senyumnya mengembang melihat anaknya sudah siuman. Ia pun menarik kursi lebih dekat ke samping ranjang.

"Papa senang kamu siuman,"

Jeongin buang muka, entah apa lagi yang akan dimainkan Joonhyuk kali ini, pria itu terlihat sudah muak.

"Kamu mau buah? Papa kupasin ya?"

"Gak perlu."

"Mau minum?"

Jeongin melirik air mineral di atas meja, tawaran tadi membuatnya cukup sadar akan bibirnya yang kering. Selama 2 hari tak sadarkan diri, mulutnya belum sedikitpun mencicip air. Berniat menggapai benda tabung itu, Joonhyuk sudah lebih dulu merebutnya. Membuka tutup botol dan menyodorkan ke arah anaknya.

Jeongin beranjak duduk. Ia menatap tak suka, kemudian mengambil botol itu dengan kasar. "Jeongin bisa sendiri, denger aku minta bantuan Papa?"

Jeongin meneguk air itu, tak peduli tatapan seperti apa yang dilontarkan Joonhyuk. Selesai dengan minumannya, Jeongin mengeraskan rahang.

"Sebenernya tujuan Papa dateng ke sini apa? Bilang aja, gak usah cape-cape urus Jeongin."

Joonhyuk berdehem, kemudian tangannya membuat kode ke arah pintu. Dengan begitu, satu persatu dari sekumpulan polisi pun masuk dan berbaris rapih di hadapan mereka.

"Shh," Setelah melihat orang-orang itu, mendadak kepala yang terbalut perban dicengkeram Jeongin. Membuat pria paruh baya itu panik.

"Kamu kenapa?"

Disappear ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang