Kini hanya suasana sepi yang menemaninya. Tatapannya menatap kosong pada gundukan tanah bertabur bunga di depannya. Dia kemari dengan naik taxi karena motornya langsung dia tuntun ke bengkel,tadi. Setelah semua berakhir.
"Bang kemaren gue habis dari rumah pohon"dia berbicara sambil tangannya menabur bunga.
"Rumahnya baru gue bersihin kemaren. Udah kotor banget karena lama nggak di kunjungi. Maaf ya,gue jarang ke sana. Soalnya kalo gue ke sana rasanya belum bisa terima aja kalo Lo udah nggak ada di dunia ini"tangannya mengelus lembut nisan hitam itu.
"Bang tadi di sekolah ada kejadian yang mungkin akan gue catat dalam diary gue,bang. Biar gue nggak lupa sama kejadian itu. Dari kejadian tadi tuh,gue tau kalo bukan hanya gue seorang,anak yang menderita di dunia ini. Tapi juga ada anak lain yang terluka,bang. Dia terluka karena perbuatan mama kita,bang. Gue nggak nyalahin mama,gue nyalahin orang itu. Semua salah bajingan itu. Dia yang udah bikin Mama kek gini hiks"suaranya tercetak. Dia terisak menangis memeluk nisan itu.
Hanya disinilah dia bisa mengeluarkan semuanya. Hanya bang Isamu yang tau tentang seluruh kehidupannya. Hanya pada bang Isamu,dia bisa curhat tanpa harus memendam semuanya sendirian lagi. Tapi sayangnya sang pencipta,tidak memberikan waktu yang lebih untuk Sarada bersamanya.
"Mama masih sama bang. Tetap benci sama gue"Sarada terkekeh miris dengan air mata yang terus menetes"gue harus gimana supaya mama nggak benci sama gue??gue nggak tau apa-apa bang,tapi kenapa mama sebenci itu sama gue!?"gadis itu menumpahkan semuanya.
"Bang,sekarang udah stadium lanjut,apa gue bakal nyusul Lo??"
"Pengen banget sebenarnya. Tapi gue lebih pengen bisa di sayangin mama,gue juga pengen tau kenapa mama benci gue,gue pengen tau kenapa bajingan itu tega ninggalin keluarganya,dan juga gue pengen ngerasain,ngerasain bahagia dalam hidup ini,meski mungkin cuman sebentar"Sarada ingin semua keinginannya itu terwujud. Sarada tidak mau mati dalam keadaan seperti ini.
"Bang gue mau tanya. Yaa meskipun gue tau Lo juga nggak bisa jawab sih hehe"
"Sebenarnya gue pantes nggak sih bang, buat ngerasain yang namanya bahagia??"
"Gue juga pengen kayang orang lain yang bahagia. Gue pengen di sayang-sayang sama mama,gue pengen punya teman-teman banyak yang tulus sayang sama gue,terus gue juga punya cita-cita pengen jadi pembalap hehe. Pengen dah,gue bisa nyaingin Valentino Rossi. Biar bisa banggain mama dong!!"di tengah tangisannya Sarada masih bisa terkekeh dan mengganti cita-cita seperti ini.
"Udah ya bang, intinya gue minta aja Lo do'ain gue dari sana. Gue juga do'ain lo kok dari sini,yaa meskipun sholat gue masih bolong-bolong"Sarada menghapus air matanya dan bangkit dari sana.
~UCHIHA SARADA~
"Sar gimana keadaan Lo??"Boruto ingin memastikan keadaan Sarada.
"Ya nggak papa,paling lecet dikit. Biasa ini mah"Sarada saat ini sedang berada di rumah Boruto. Gadis itu mengobati luka di tangannya.
"Bukan itu nyed!!"Boruto bermaksud menanyakan tentang perasaan Sarada saat ini.
"Lha terus apa?!?!udah deh banyak cocot,Lo!!sini gue obatin tuh luka lo!!"Sarada menarik cowok itu agar sedikit mendekat,guna untuk mengobati lukanya. Begini ceritanya.
Saat di jalan pulang dari bengkel—habis ambil motor yang udah baik-baik aja—menuju rumah,Sarada yang sedang kebut-kebutan di jalan,atau sebut saja dengan bahasa lain. Sedang melaksanakan latihan supaya bisa bersaing dengan Valentino Rossi, tiba-tiba berhenti di tengah jalan karena melihat sebuah pertarungan. Dan..sepertinya ada seseorang yang di kenalnya juga di sana. Dia tersenyum smirk. Dia bilang gini"wihh seru nih,si Boruto nyelenggarain MMA di tengah jalan. Ikutan ah"Dengan senyum mengembang dan semangat 45 yang membara,cewek itu turun dari motor dan berjalan menghampiri orang-orang tersebut.
Dan... jadilah sekarang dia ada di rumah cowok ini sambil ngobatin lukanya juga.
"Gue sebenernya nggak nyangka sih Sar,orang kayak Lo,bisa nyimpen luka yang sedalam itu. Gue juga nggak nyangka si Yodo yang hobinya bully Lo,hidupnya bisa semenderita itu juga. Ternyata bukan cuma gue ya,korban dari orang tua yang nggak bertanggungjawab"Boruto terkekeh miris di akhir kalimat. Mengingat hidupnya juga sama. Penuh luka.
"Udahlah Bor,capek gue mikirinnya"Sarada sudah lelah berpikir.
"Ya gimana gue nggak kepikiran Sar??gue udah coba bujuk bunda buat cerain bajingan itu,tapi bunda nggak mau kehilangan dia. Bunda cinta dia,tapi dia setega itu sama bunda!!!"
"Lo tau?!?!kemaren dia dateng lagi,minta uang dan mukulin bunda seenaknya. Gue pas liat bunda di gituin,pengen banget rasanya,binasain bajingan itu,tapi bunda nahan gue. Bunda bilang "dia ayah kamu nak" rasanya gue pengen nyangkal. Tapi itu kenyataannya"entah kenapa air mata cowok itu turun begitu saja. Sebelumnya dia tidak pernah seperti ini. Dia hanya menangis sendirian tidak pernah di depan seseorang seperti ini,bahkan Sumire juga tidak. Tapi entah kenapa di depan Sarada dia bisa melepaskan semuanya seperti ini.
"Lo hidup nggak guna,kalo cuma buat terpuruk terus. Ada amal yang perlu Lo kumpulin buat di akhirat,ada kebahagiaan yang perlu Lo perjuangin buat di dunia. Lhah kalo Lo stay di satu keadaan doang,mana bisa Lo rasain nikmatnya hidup ini?!?!"perkataan Sarada barusan, berhasil membuat cowok yang menunduk itu kembali melihat ke dalam matanya lagi.
Segaris senyuman Sarada terbitkan"bangkit yok. Kita lawan masalah ini sama-sama"
Senyuman itu kemudian menular ke Boruto. Mereka baru kenal,tidak lama,tapi entah kenapa hati Boruto yakin dan percaya pada seorang Sarada,bahwa gadis itu adalah orang yang bisa di ajak untuk berbagi masalah.
"Eh Bor,Poto yok!!"
~UCHIHA SARADA~
06:50
Sekolah sudah cukup ramai. Banyak siswi-siswi yang berteriak histeris melihat kedatangan Boruto. Setiap Hari seperti ini. Entah itu pada Boruto atau juga inti Tiger yang lain. Meskipun pagi ini dia datang dengan wajah penuh lebam dan memar,tapi tetap tak mengurangi pesona seorang Uzumaki Boruto. Cowok itu memasuki kelasnya.
"Bor!!"
"Baru datang Lo lol!!"
"Siapa yang lakuin??"Kawaki menunjuk wajah Boruto dengan dagunya.
Boruto seketika mendatarkan wajahnya"biasa"inti Tiger memang sudah tau masalah Boruto.
"Ada ya seorang ayah kek gitu,ke anaknya sendiri!!"Inojin nggak nyangka aja,ada orang tua yang tega seperti itu pada anaknya sendiri.
"Nyatanya??nggak cuman satu. Lo kemaren nggak liat,kejadian di lapangan itu?!bukan cuma gue,yang jadi korban kebrengsekan orang tua yang nggak bertanggungjawab sama anak-anaknya"Boruto berkata dengan dingin.
"Ya juga sih,kasian gue sama lo-lo pada"untung saja hidup Inojin nggak seperti itu.
"Jadi,Shik,gimana sama tunangan Lo??"tanya Boruto.
"Nggak tau. Dari habis kejadian itu,sampek sekarang nggak ada kabar,gue telpon nggak dia angkat,gue chat nggak di balas. Nggak biasanya dia kek gini, rasanya...dia kayak ngehindarin gue"
"Shik nggak ada salahnya,Lo coba terima dia. Dari kejadian kemarin,Lo nggak bisa pandang dia dari satu sudut aja. Gue tau Lo cinta Sarada. Tapi sekarang Lo udah punya status. Lo nggak bisa angkat tangan gitu aja"ada kalanya Mitsuki yang sebagai playboy cap jempol,menjadi se bijaksana kancil yang sebagai hakim di hutan.
"Bener kata Mitsuki. Gunain selama masih ada kesempatan. Kejar selagi masih sempat dan belum benar-benar pergi. Gue tau Lo cinta Sarada,tapi kemaren bukannya semuanya udah terjawab?!"baru kali ini Kawaki berkata panjang lebar. Dan inti Tiger melongo menatapnya.
"Ck!!gue tau gue tampan. Tapi gue bukan homo!!"Kawaki bisa gitu juga ya ternyata.
"Eh si Sarada nggak masuk??"Boruto mengedarkan pandangannya ke bangku Sarada yang masih kosong.
"Coba Lo tanya tuh Chocho"Inojin melirik Chocho yang sedang mengobrol dengan Sumire.
"Cho!! Sarada kagak masuk??"
Chocho menoleh"Lo amnesia??di kan kemaren kena skors"
"Eh iya ya"
Mereka lupa jika Sarada di skors.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Uchiha Sarada
Teen FictionUchiha Sarada Sarada itu jadi antagonis di mata orang-orang. Banyak orang yang benci dia. Nakal, berkelahi, balapan,dan lain sebagainya. Itulah hari-harinya. Sarada itu terlihat angkuh dan sombong. Banyak orang yang nggak tau kehidupannya. Yang oran...