13 ♢ VALUABLE

33 9 156
                                    

apa yang menjadi milikmu, tentu harus kamu jaga sebaik mungkin agar tak rusak.⋆
__________

Di dalam kamar yang serba oranye itu, Sheryl tidur dengan nyenyak setelah ritual mandinya sore tadi. Kini matahari telah bertukar tugas dengan bulan. Ketukan pintu yang sedari sedari tadi terdengar tak kunjung membuat mata Sheryl terbuka. Ana masuk ke dalam, untung saja pintunya tidak dikunci.

Ia berjalan perlahan menghampiri Sheryl yang masih terlelap dalam tidurnya. Ia duduk di tepi ranjang, memandangi wajah putri satu-satunya dengan tersenyum, mengusap kepalanya penuh kasih sayang.

Justru karena sentuhan ibunya, Sheryl terbangun. Matanya mengerjap, beradaptasi dan memandang ibunya. Ia menutup matanya lagi lalu memeluk Ana.

"Udah malem, makan ya?" Tanya Ana sambil tak henti-henti nya mengusap kepala anak satu-satunya itu.

Sheryl mengangguk lemah kemudian duduk, rambutnya berantakan, muka-muka kusut ala bangun tidur. Ana memandangi anaknya sambil tersenyum tipis.

"Kenapa tadi pulang-pulang mukanya pait?" tanya Ana berniat mencairkan mood Sheryl.

Namun Sheryl menggeleng. "Aku ke kemar mandi dulu. Ibu tunggu Ella di ruang makan aja sama ayah."

Ana mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Sheryl.

Sheryl menghela napasnya dan memegang kepalanya. Kepalanya terasa sedikit sakit saat ini. Ia memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum membereskan kasurnya.

Di dalam kamar mandi, Sheryl memandangi wajahnya di kaca. Penampilannya sedikit berantakan. Perlahan ia menghidupkan keran air dan membasuh mukanya, mengambil sabun muka lalu

♪ sekali putaran, setengah putaran, bersihkan sel kulit matikan kotoran! Tar putar di wajah, bilas! Mukanya ilang!!

Just kidding. Mukanya jadi kinclong kayak gigi emas neneknya Dzul Upin & Ipin, nggak keliatan kusut lagi maksudnya.

Sekali lagi ia memandangi wajahnya di depan cermin, kemudian berpikir. Apa yang terjadi hari ini? Kenapa rasanya sangat berat? Adrian... Malvin...

Sheryl mengeringkan wajahnya dengan handuk kering kecil. Apakah tadi ia tidur di sore hari? Jam berapa ini?

Keluar dari kamar mandi, Sheryl melihat jam dindingnya yang menunjukkan pukul 20.03. Ternyata sudah pukul 8 malam. Cepat-cepat Sheryl membersihkan dan merapikan tempat tidurnya kemudian keluar kamar, menuju ruang makan.

Di ruang makan, ayah dan ibunya menunggu. Sheryl duduk di kursi depan ibunya. Mereka makan bersama, seperti biasa, Abel memulai pembicaraan, kebiasaan pas makan ngajak ngobrol.

"Gimana sekolahnya hari ini?"

"Biasa aja," jawab Sheryl lesu.

"Kenapa jadi nggak semangat gini?"

"Perlu dijawab?" tanya Sheryl balik dengan sinis.

"Sama ayah kok begitu, kualat ntar."

Sheryl tak menggubris perkataan ayahnya, ia melanjutkan makannya yang tinggal sedikit.

Setelah selesai, ia pamit untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sheryl duduk di dekat jendela seperti biasa, ia memandangi pemandangan dari kaca jendela tanpa membukanya. Ia melamun, memandangi bulan yang terang. Apakah menyuruh Adrian menjauhinya adalah keputusan yang tepat? Bagaimana jika tidak?

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang