05 ♢ DINNER

41 13 48
                                    

cara terbaik untuk berhasil adalah berhenti meragu dan utarakan. ⋆
__________

Terdengar suara motor berhenti di depan rumah Sheryl, ia menduga kalau itu adalah Adrian.

Adrian berhenti di depan rumah yang cirinya disebutkan oleh temannya, rumah Sheryl. Ia memarkirkan motornya di pinggir jalan, saat ia melihat gerbangnya, itu tak terkunci.

Adrian membuka gerbang itu dan memasuki halaman rumah Sheryl. Adrian mengedarkan pandangannya di sekitar halaman, itu sudah seperti taman.

Banyak pepohonan dan tanaman hijau, bahkan banyak tanaman hias kecil yang tersusun rapi.

Adrian berhenti di ambang pintu bercat putih, ia mencium bau badannya sendiri, apakah masih wangi atau tidak, untung saja masih.

Adrian mengambil napas, ia mengumpulkan keberanian untuk mengetuk pintu dari rumah bercat hijau itu.

Tok-tok-tok, akhirnya terketok setelah beberapa saat Adrian mengumpulkan energi positif.

Pintu terbuka, mata Adrian langsung melihat Sheryl yang mengenakan hoodie berwarna oranye, juga rambutnya yang di kuncir tinggi.

Adrian terpaku sejenak, "Ehm, Hai."

Aduh, kaku banget lo, Adrian! Adrian merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Sementara Sheryl yang sudah tahu kalau Adrian sudah datang dari tadi sebenarnya ingin mengejeknya. Lumayan lama selang ia sampai dan mengetuk pintu.

Akhirnya Sheryl menganggukkan kepalanya.

Hening... Situasi macam apa ini?

"Emm... Mau langsung pergi?"

Sheryl mengendikkan bahunya sekali. Setelahnya, Adrian menggenggam tangan Sheryl, menggandengnya.

Sheryl yang terkejut hanya mengikutinya sambil menutup pintu rumahnya.

Saat sampai di depan gerbang, Sheryl melepaskan genggaman tangan Adrian.

"Sorry," ucap Adrian tidak enak pada akhirnya.

Adrian mengambil satu helm yang berada di jok belakang dan memakaikannya di kepala Sheryl, Sheryl hanya bergeming, ia tak menduga apa yang akan dilakukan Adrian sama sekali.

Setelah dirasanya cukup, Adrian menaiki motornya, sedangkan Sheryl masih terdiam menatap motor Adrian.

Hah? Gue naik motor ginian? Woy tempat duduk buat gue dikit banget.

"Lo nggak mau naik?"

Dengan sedikit pertimbangan, akhirnya Sheryl duduk di sana juga.

Adrian memakai helmnya kemudian menengok ke belakang, "Pegangan, ntar jatoh."

Sheryl mendengar itu, tapi ia enggan untuk berpegangan. Ia tahu kalau tidak berpegangan maka akan jatuh, tempat duduknya saja sangat kecil.

Motor Adrian masih belum berjalan, tentu Adrian menunggu Sheryl untuk berpegangan padanya.

Akhirnya Sheryl dengan ragu memegang pundak Adrian saja, daripada harus memeluknya, kan tidak mungkin.

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang