20 ♢ CINEMA

21 7 86
                                    

Happy reading!! 🌷
__________

Hujan telah sepenuhnya berhenti, namun masih menyisakan hawa dingin dan aroma khasnya. Sekarang pukul 20.20, hampir setengah sembilan malam. Di ruang bioskop yang luas ini, semua kursi penonton kosong, yah, sebelum ketujuh orang ini datang dan duduk.

"Gara-gara lo kita jadi sampek sini jam setengah sembilan. Padahal janjiannya jam delapan." Galih yang memulai.

"Ih, apaansih! Ya salahin lo sendiri lah! Kan lo yang salah!!" Joy sudah mengganti baju dan segala tetek-bengeknya tadi dengan dress simple berwarna kuning dan rambut di kuncir satu serta sepatu... Yang normal tentunya.

"Salah gue dimana? Jangan muter balikin fakta."

"Ya lo yang nyuruh gue ganti baju sama make up!"

"LO-"

"Berisik. Shut up or out?"

Mereka berdua, Joy dan Galih langsung diam, kicep setelah Sheryl angkat bicara. Mereka tak berani mengeluarkan suara lagi untuk bertengkar. Sheryl ketika marah seram.

Sementara itu Vilia dan pacarnya, si cowok populer di sekolah, Megantara sudah mencari tempat, mereka berjalan menaiki tangga, duduk di kursi bagian atas lantas berpelukan sambil mengobrol.

Lihatlah Joy yang memperhatikan mereka, ia terlihat mencibir dengan gerakan bibirnya seperti tak terima, iri.

Tanpa sadar Joy menarik tangan Galih berjalan bersamanya. "Apa-apaan lo? Lepasin gue, dugong."

"Diem lo!"

Galih terkesiap, ia kaget saat Joy mengatakan itu dengan nada dingin sedikit membentak. Galih bertanya-tanya, untuk apa ia kaget? Ia merasa takut? Kenapa? Cewek didepannya ini kan hanya cewek pecicilan.

Joy duduk di kursi bagian depan dengan Galih disampingnya. "Kenapa di depan?"

"Gue mau nya di depan. Lebih jelas nonton dari sini." Jawab Joy ketus sambil melipat tangannya di dada, menatap kesal ke depan layar lebar bioskop yang masih belum menyala.

Galih diam, Joy ada benarnya. Ia tak tahu harus mengatakan apa lagi, alias kehabisan kata-kata. Akhirnya ia hanya menatap lurus ke depan dengan bersender pada kursi merah bioskop dengan bosan, menunggu film diputar.

Malvin merasa tegang, ia asing dengan tempat ini. Apalagi di sebelahnya ada Sheryl, tempat ini gelap. "Lo berdua duduk dimana?" Tanya Sheryl memecah keheningan.

"Gue ikut lo." Itu Malvin.

Sedangkan Adrian masih tak membuka mulutnya setelah kejadian gelas pecah di rumah Sheryl, ia hanya diam dengan mimik wajahnya yang datar, tak bisa ditebak.

Sheryl berjalan sendiri lalu dengan cepat disusul Malvin di belakangnya. Lihatlah Adrian, ia yang mengajak namun ia yang diabaikan.

Masih dengan tanpa ekspresi, Adrian ikut membuntuti Sheryl, bukan Malvin. Jadi ia menyalip Malvin.

Sheryl duduk di tengah, ia sudah pernah duduk di kursi depan dan belakang, ia ingin merasakan  duduk di kursi tengah kali ini. Meskipun tak ada orang lain yang menonton selain mereka, tetapi kan sama saja.

Setelah Sheryl duduk, Adrian duduk di samping kiri Sheryl, sedangkan Malvin berjalan lagi agar bisa mencapai kursi di sebelah kanan Sheryl.

Adrian menatap lurus ke depan, namun kakinya ia luruskan juga. Alhasil Malvin tersandung kaki Adrian karena tak memperhatikan arah bawah.

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang