⋆ bercerminlah dulu sebelum mengatai. ⋆
__________Suasana kantin di pagi hari ini sangat ramai, yah, seperti biasa.
"Ribut banget? Biasanya kalo makan kebanyakan diem deh. Pada ngomongin apaan sih?" Tanya Joy pada dua sahabatnya.
"Meneketehe. Tanya noh ama tembok kantin," jawab Vilia kesal, sebab dirinya saja juga baru sampai di sana. Lagian kan memang kantin tidak pernah tidak ramai.
Joy memasang wajah masam, ia menoleh ke belakang, "Eh dek, dek," panggil Joy ke adik kelasnya yang tak ia kenali.
"I-iya? Kenapa ya kak?" Cewek kelas X itu berusaha tersenyum, namun masih saja terlihat canggung.
"Lagi pada bahas apaan sih? Kayaknya seru banget."
"Oh ini kak, lagi bahas anak basket yang mau latihan di lapangan."
"Hah? Kok sampe heboh banget? Biasanya kan juga b. aja, ngga nyampe segitunya," tanya Joy penasaran.
"Hehehe... Bahas Kak Adrian, Kak. Dia ikut ekstra basket," jelas cewek itu menyengir.
Joy tersenyum kecut, "Yaudah. Makasih ya," cewek tadi mengangguk sekali lalu melanjutkan percakapannya dengan temannya.
"Bahas Kak Adrian ternyata. Dia ngikut ekstra basket," terang Joy membagi infonya.
Sheryl dan Vilia memandang Joy aneh, "Kak Adrian ikut ekstra basket?" tanya Vilia hampir tak percaya.
"Iye, oncom. Kenapa emang? Kok lo jadi kayak kaget gitu?"
Vilia menghela napasnya, "Bukan kayak lagi. Emang kaget gue. Dia kan baru masuk sini... Ya emang ada kemungkinan dulu di sekolah nya yang lama pernah–" ucapan Vilia terpotong sebelum ia menyelesaikan kalimatnya.
"Udah kelas dua belas banyak tingkah. Kan habis ini langsung udahan," sahut Sheryl sinis.
Vilia mematung, sedangkan Joy melotot.
"Lo... Peduli sama Kak Adrian, Ryl?" Tanya Joy hati-hati.
"Nggak," jawab Sheryl cepat.
Vilia menahan senyumnya, "Halah! Ngaku aja deh lo."
"Shut up."
"Mulaiii dehh. Inggris nya udah keluar tuh, Joy."
"Aduuuh! Lo tuh kalo peduli ya peduli aja, ngapain pura-pura gitu? Nggak ada yang larang juga kok."
Sheryl melayangkan tatapan tajamnya pada Joy. Joy yang tadinya bersemangat sekarang menjadi kicep.
Mereka melanjutkan acara mereka.
Sheryl meminum jus alpukatnya, roti hariannya sudah ia makan habis sedari tadi. Kini pikirannya melayang pada Adrian.
Adrian ikut basket? Sebenarnya se-nggak ada kerjaan apa Adrian sampai ikut basket padahal sudah kelas sua belas? Anehnya juga guru tidak ada yang melarang (?).
Sempat terlintas di pikiran Sheryl ketika Adrian memegang bola basket dengan seragamnya.
Sejurus kemudian ia menepis jauh-jauh pikiran itu. Ah, sepertinya ia sudah mulai ikutan aneh.
🍁
Bel istirahat ke-dua telah berbunyi. Semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas, menuju lapangan basket. Tersisa tiga orang yang berada di dalam kelas itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian Pertama
Teen Fiction( PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! ) Adrian telah merenggut ketenangan hidup Sherryl. Namun dibalik itu semua, hidup Sheryl yang mulanya abu-abu putih, kini menjadi lebih berwarna. Entah itu kuning, merah, juga hitam. [❗Cerita ini tidak ada hubunganny...