⋆ i can protect her more than you. ⋆
__________"Dri."
Dari balik pintu kelas yang terbuka, Galih masuk. Adrian menoleh, ia mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
Galih berhenti tepat di depan Adrian duduk, ia menunduk untuk melihat mata Adrian. Adrian memperhatikan.
"Mona," satu kata pembuka dari Galih, dan satu kata yang akan dikeluarkannya inilah yang akan merubah sikap Adrian.
"Sheryl," Galih tak bisa melanjutkan perkataannya, ia sedang meredam emosi. Galih menutup mata serta menghembuskan napas, mencoba untuk menekan emosinya agar tak keluar.
Galih butuh waktu satu hari untuk jujur pada Adrian. Meskipun kemungkinan besar Adrian sudah tahu. Tak mungkin kejadian sebesar itu Adrian tak mengetahuinya. Namun, ini adalah tugas Galih. Terlebih lagi Sheryl adalah teman dekat Galih selama ia bersekolah di sini.
Galih ingin Adrian bertindak. Galih tak bisa bertindak semaunya sendiri karena beberapa alasan.
Galih membuka matanya, ia melihat Adrian mengangkat satu alisnya. Ada dua hal yang bisa Galih tangkap dari itu. Pertama Adrian bertanya "Kenapa?" atau "Terus?" Yang berarti "Terus kenapa? Bukan urusan gue."
Galih berharap itu yang pertama. Namun harapannya pupus ketika Adrian berdiri, berjalan ke samping Galih, memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana seragam dan menghela napas dengan muka datar, "Bukan urusan gue."
"Bajingan."
"Terserah lo mau ngatain gue apa, gue nggak peduli."
Galih mengepalkan tangannya kuat, ia siap untuk melayangkan pukulan ke pipi kiri Adrian.
"Jangan melewati batas yang lo punya, Lih."
Tatapan tajam dan penekanan pada suara Adrian membuat Galih urung melakukannya. Ada alasan kuat untuk itu.
Di sisi lain, murid-murid lain berbisik-bisik saat nama Mona dan Sheryl disebut. Aneh tapi nyata, telinga mereka sangat tajam jika ada hal yang berbau gosip, bahan ghibah.
Siapa juga yang tak tahu cerita di kantin kemarin? Tentu digolongan para murid itu jadi topik yang enak untuk disantap.
"Ikut gue." Tanpa persetujuan Adrian, Galih menarik tangan Adrian dan berjalan pergi ke luar kelas, menuju rooftop.
Saat tiba di rooftop, Adrian menghentakkan tangannya kasar. "Nggak usah ikut campur."
Galih sudah kehilangan kontrol emosinya, ia menarik kuat kerah baju Adrian.
"Sheryl itu temen gue, bangsat!" Teriak Galih tepat di depan wajah Adrian. Otot lehernya terlihat menonjol dan rahangnya mengeras.
Adrian berkedip, ia tak menyangka Galih akan berani melawannya, dan berteriak membela orang lain tepat di hadapannya.
"Lo barusan teriak ke gue?"
Ingin sekali rasanya Galih memukul wajah Adrian, tetapi itu tak mungkin. Galih melepaskan cengkeramannya pada kerah Adrian dan berbalik badan, menendang ember yang ada di sana sambil berteriak mengeram.
"Gue tau batasan gue. Tapi bukan berarti gue nggak akan bertindak kalo temen gue kenapa-napa."
Galih berbalik badan menghadap Adrian. "Asal lo tau," Galih berjalan lebih dekat. "Dia, lebih berharga dari lo." Lanjut Galih dengan penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian Pertama
Teen Fiction( PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! ) Sheryl Raquella Anastasia Florence. Ia adalah anak SMA biasa, sampai ia mengenal Adrian. Adrian telah mengubah hidup Sheryl secara drastis. Sebenarnya Sheryl mempunyai satu permintaan saat ia masuk SMA, "Gue mau hi...