⋆if you tired, take a break then.⋆
__________"Vi, Vi." Panggil Joy sambil menggoyang-goyangkan bahu Vilia dari belakang.
"Hm?" Sahut Vilia tak mengalihkan pandangannya pada buku.
"Lo sibuk banget ya? Keluar dari OSIS aja deh lo."
Saran Joy membuat mata Vilia membulat. "Gila aja lo."
"Emang lo nggak capek sama tugas-tugasnya?"
"Jadi OSIS itu seru."
"Seru darimana coba?" Joy duduk di tempatnya sambil menghadap ke belakang, memperhatikan Vilia yang masih sibuk dengan tugasnya. "Gue liat lo kayak nggak pernah istirahat. Bahkan sekarang pas jamkos lo sibuk aja terus sama tugas OSIS. Emang tugas OSIS ngapain aja sih?"
"Masuk aja kalo mau tau."
Joy berdecak dengan jawaban singkat dari Vilia. Menyebalkan. Bukannya menjawab malah disuruh nyobain. Kini Joy tidak ada teman untuk mengobrol, menghibah, sih, lebih tepatnya.
Sheryl yang dari tadi memperhatikan percakapan mereka diam-diam berpikir. Ia ikut penasaran. Sesibuk itu OSIS? Bagaimana jika setiap sekolah tidak ada OSIS? OSIS itu banyak, tetapi kenapa sibuk semua? Tidakkah tugas mereka dibagi?
Omong-omong soal OSIS... Sheryl jadi teringat dengan Galih. Manusia-manusia seperti Galih tentu tidak akan bisa menjadi OSIS, kan? Sepengetahuan Sheryl, OSIS itu anaknya rajin-rajin, tentu Galih tak akan bisa.
"Woi! Cabut!" Salah satu murid cowok berteriak.
"Gas!" Sahut teman-temannya dengan semangat sambil menggendong tas mereka.
Dan benar saja, pukul sepuluh bel berbunyi tiga kali, para murid yang lain ikut heboh. Dan dengan santainya Vilia serta Joy menggendong tas mereka tanpa beban samasekali. Sheryl mengernyit, udah pulang? Ia melirik jam dinding.
"Ryl, gue duluan ya! Lo udah dijemput kan? Bye!" Pamit Vilia dengan melambaikan tangannya dengan riang dan berlari keluar kelas. Apanya yang sudah dijemput? Ia saja baru tahu kalau hari ini pulang cepat.
Sedangkan di sisi lain, Joy tanpa mengatakan apapun langsung pergi melewati dan tanpa melirik Sheryl. Sepertinya Joy masih ngambek, buktinya saja tadi Joy bahkan tak mau mengobrol dengannya.
Sheryl menghela napasnya diantara para murid yang sudah keluar kelas, ia masih setia duduk di bangkunya.
"Lo nggak pulang Ryl?" Tanya salah satu teman cowok sekelasnya.
Sheryl hanya tersenyum dan mengangguk. Jawaban yang tidak pasti apa maknanya. "Duluan aja, Fa."
Dafa mengangguk dengan canggung, "g-gue... Duluan ya?"
Setelah Sheryl mengangguk lagi, Dafa berbalik dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia melangkah pergi, merasa agak keki. Setidaknya ia sudah berani mencoba. Terlebih lagi, tadi Sheryl sempat tersenyum padanya, ah, manis sekali, pikirnya.
Sheryl membatin, Joy.... Lalu ia menghela napas, bersabar dan menggendong tasnya, namun belum ada niat untuk berdiri. Ia memilih untuk tetap duduk dan bersandar, memandang lurus ke depan. Hari ini Malvin tidak masuk, tidak ada kabar. Sebenarnya Sheryl sedikit penasaran, juga khawatir. Meski Malvin bertingkah seolah semua ini tidaklah penting, namun Sheryl tahu bahwa Malvin bukanlah orang yang meninggalkan sekolahnya demi hal sepele, terutama baru-baru ini.
Apa Sheryl perlu menanyakan kabarnya? Apa itu perlu?
Sheryl memikirkannya hampir lima menit. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Malvin saja. Toh, tidak ada salahnya. Selama ini bahkan Malvin sudah sangat baik pada Sheryl, bahkan Sheryl sudah merasa seperti ia mempunyai kakak laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagian Pertama
Teen Fiction( PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!! ) Sheryl Raquella Anastasia Florence. Ia adalah anak SMA biasa, sampai ia mengenal Adrian. Adrian telah mengubah hidup Sheryl secara drastis. Sebenarnya Sheryl mempunyai satu permintaan saat ia masuk SMA, "Gue mau hi...