06 ♢ UNLUCKY

33 13 49
                                    

Happy reading 🌷!
__________


Ketukan pintu yang terdengar membuat Sheryl menghentikan aktivitasnya di dapur. Ia berjalan menuju pintu depan, lalu membukanya.

Cowok itu memakai seragam SMA Semarang 04 dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

"Pagi, Ryl."

Sial banget idup gue pagi-pagi udah ketemu dia. Batin Sheryl merutuki kehadirannya.

Sheryl menghela napasnya pelan dan bersandar di pintu "Ngapain lo kesini? Pagi-pagi lagi."

Yang ditanyai kini malah nyengir, "Gue boleh masuk? Sarapan bareng gitu?"

Sadar oleh ekspresi Sheryl yang kebingungan meminta penjelasan, ia melanjutkan ucapannya, "Habis sarapan gue anter lo ke sekolah."

Sheryl memutar bola matanya malas, "Gue tau. Gue makasih banget buat semalem, Adrian. Tapi gue nggak butuh lo anter. Gue bisa berangkat tanpa lo anter."

Saat Sheryl hendak melenggang masuk ke dalam rumah, Adrian menahan tangannya. Sheryl melepaskan tangannya, ia berbalik, "Apaan?"

"Hehe.. Gue sengaja belum sarapan. Please boleh ya?"

"Gue nggak peduli. Lo kan bisa beli makan sendiri dengan uang lo yang banyak itu."

Adrian menghembuskan napasnya cepat. Ia masuk ke dalam rumah Sheryl, menarik tangan Sheryl agar masuk lalu menutup pintunya, "Dapur dimana? Biar gue yang masak."

Alis Sheryl terangkat sebelah. Ia ingin sekali mencaci maki dan memukul cowok didepannya ini. Lagian maksa banget jadi cowok.

Namun sayangnya ia malas berdebat, dan waktu nya sudah lumayan mepet untuk pergi ke sekolah.

Sheryl membebaskan tangannya dari genggaman Adrian. Ia berjalan mendahului nya menuju dapur.

Adrian tersenyum penuh kemenangan kemudian mengikuti langkah Sheryl di belakangnya.

"Gue udah masak. Lo tinggal makan."

"Ma–"

"DAN. Jangan ngomong apapun selama makan," ucap Sheryl dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Adrian pun kicep, lalu duduk di depan Sheryl. Mereka sarapan dengan tenang.

Sheryl nggak makan? Batin Adrian yang melihat Sheryl hanya duduk dan bermain ponsel.

Oh ya, kalau dipikir-pikir Adrian belum pernah melihat orangtua Sheryl. Apa Sheryl tinggal sendirian?

🍁

Kening Joy berkerut melihat pasangan yang baru saja masuk gerbang sekolah. Ia menempelkan tangannya di atas alis dan memicingkan mata, menajamkan penglihatannya.

"Eh eh! Vi, Vi!" Tangan Joy bergerak menepuk-nepuk pundak Vilia, namun tatapannya masih pada dua sejoli itu.

"Hah? Apaan?" Vilia menoleh ke arah Joy yang awalnya sedang ber dadah-dadah ria dengan pacarnya.

"Itu... Itu-itu-itu– ITU SHERYL KAN?! GUE NGGAK SALAH LIAT?? ITU SHERYL TEMEN KITA?!" Heboh Joy sambil menunjuk-nunjuk orang yang dimaksud.

"Hah? Kenapa emang kal–" Mata Vilia melotot. Ia melihat sahabatnya, Sheryl– sedang berjalan keluar dari arah parkiran didampingi oleh kakak kelas baru mereka– Adrian.

Dua orang itu kini berada di depan kelas Sheryl. Adrian bersikeras untuk mengantarnya. Sheryl pun hanya pasrah karena sangat malas untuk meladeni.

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang