27 ♢ ACTUALLY, WHY?

12 3 15
                                    

⋆isi hati memang sulit untuk ditebak.⋆
__________

Sheryl menghela napasnya kasar saat ia sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya. Ia menengok jam di dinding, masih sore. Kemudian Sheryl mengeluarkan ponsel dari tas selempang kecilnya, membuka aplikasi WA. Namun tak ada pesan masuk dari Malvin sama sekali, bahkan pesan yang dikirimkan Sheryl tadi masih belum tersampaikan, alias satu abu.

Sheryl mulai merasa gelisah. Meskipun singkat, tetapi semua sikap dari Malvin mampu membuat Sheryl nyaman. Sheryl menganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Sheryl hanya berharap tak ada kejadian buruk yang menimpa Malvin.

Kepala Sheryl kini sedikit pusing, hari yang singkat namun mampu membuat Sheryl lelah, terutama disaat makan siang tadi. Ayah Sheryl seperti akan menjodohkannya dengan Adrian, itu membuat Sheryl merasa sangat tak nyaman, entah kenapa. Padahal, saat masih awal Sheryl mengenal Adrian, ia tak merasa seperti ini. Rasanya semakin mengenal Adrian, semakin tak tenang hati Sheryl.

Bahkan, baru terbilang satu semester mereka mengenal. Cukup untuk Sheryl melihat sifat Adrian, meski perilakunya tidak bisa ia tebak.

Ditambah lagi ibu Sheryl yang membahas Malvin, membuat suasana makan siang tadi menjadi lebih canggung. Ayah Sheryl bahkan bertanya siapa Malvin.

Sheryl menghembuskan napasnya lagi, merasa penat. Ia meletakkan ponselnya di nakas lalu memejamkan matanya.

🍁

Terdengar suara ketukan pintu, Sheryl membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya, mengembalikan kesadaran. "Iya..." Balas Sheryl setelah ibunya meminta Sheryl turun untuk makan malam.

Sheryl duduk lalu menoleh ke nakas saat ponselnya berbunyi. Ia mengambilnya.

Malvin:
I'm fine, don't worry.

Sheryl sedikit mengangkat ujung bibirnya ketika membaca pesan masuk Malvin dari jendela pesan, ia merasa sedikitpun lega. Namun ia menurunkanujung bibirnya  kembali setelah membaca pesan selanjutnya.

Malvin:
Gue nggak bakal masuk sekolah.
Nggak tau berapa lama.
Maaf, ya.

Sheryl segera membuka pesan itu, ia ingin mengirimkan pesan balasan, namun urung saat Sheryl membaca pesan lanjutan dari Malvin.

Malvin:
Lo udah makan?
Minum?
Lo tau tubuh manusia butuh makan dan minum kan? Haha.

Malvin masih mengetik. Sedangkan Sheryl sudah merasa tidak enak, ada yang tidak beres dengan tingkah Malvin. Memang Malvin sering memperhatikan Sheryl, mengirimi pesan, bahkan bercanda dengan Sheryl. Namun entah mengapa, kali ini terasa berbeda. Untuk satu gelembung pesan saja Malvin membutuhkan waktu lama untuk mengetik, padahal selama ini Malvin tak pernah melakukanya sekalipun.

Sekali lagi, Sheryl ingin membalas, namun urung.

Malvin:
Untuk sementara ini gue nggak bakal masuk sekolah.
Nggak tau sampai kapannya.
Gue harap lo bisa jaga diri selama itu.
Oh ya, kan ada Adrian, haha.

Kali ini Sheryl mengetikkan pesan, namun segera ia hapus setelah lagi-lagi membaca pesan baru dari Malvin.

Malvin:
Jangan benci Adrian. Dia nggak salah.

"APANYA?!" Batin Sheryl berteriak.

Malvin:
Gue mau istirahat dlu Sher, besok gue chat lagi. Oke?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang