22 ♢ IF YOU

22 6 91
                                    

jika tak mampu, maka lepaskan. ⋆
__________

Untuk sesaat, detak jantung Sheryl seperti terhenti. Ia mematung dalam keadaan masih memeluk Adrian erat, sangat erat. Telapak tangannya dingin, tubuhnya bergetar, namun matanya masih tetap terbuka.

Saat Sheryl berkedip, kesadarannya telah kembali. Sungguh, nyaris saja ia merasa seperti tubuhnya akan terlempar, tertabrak, bahkan bisa meninggalkan dunia ini dalam sekejap mata. Mobil hitam tadi benar-benar cepat. Sebuah keajaiban Adrian bisa berbelok dengan tajam dan mulus menghindari mobil itu dengan kecepatan yang tidak masuk akal.

Ini sungguh aneh. Apakah Adrian adalah seorang pembalap atau semacamnya? Bahkan mungkin pembalap pun akan merasa sangat terkejut, terdesak, dan panik.

Itu tak penting sekarang. Saat Sheryl memilih untuk diam, ia hanya memandang jalanan sekitarnya yang buram karena efek dari kecepatan dengan tatapan kosong selama setengah jam. Tanpa membuka bibir sedikitpun.

Adrian membelokkan motornya ke gang sempit yang gelap, menurunkan kecepatannya. Ia berhenti di pinggir jalan setelah sekitar tiga setengah kilo meter dari jalan masuk gang. Napasnya memburu, dadanya naik turun. Ia melepas helm nya lalu meletakkannya di motor.

Sheryl melepas pelukannya, ia turun, disusul Adrian yang langsung menuju pinggir danau kecil di taman itu. Mata Adrian memandang lurus ke depan dengan tajam, kedua tangannya mengepal.

Sheryl duduk di rumput, melihat air di danau. "Kalo mau mati jangan ngajak gue." Sunyi, tak ada jawaban. Hanya suara serangga yang terdengar bersahut-sahutan. Lengang beberapa saat.

"Sorry." Setelah satu kata itu muncul dari bibir Adrian, mereka pulang. Kali ini dengan kecepatan normal.

🍁

Jam istirahat ke-dua di SMA Semarang 04, kelas XI E.

"Sheryl."

"Hm?"

Usapan lembut di kepala Sheryl membuatnya mendongak. Ia melihat senyuman cerah di wajah Malvin. "Eat with me!"

Sheryl mengangguk, lalu merapikan buku-bukunya. Mereka berjalan berdua menuju kantin. Tanpa Joy maupun Vilia. Kalian bisa tebak kenapa?

Yah, Vilia makan bersama Megan. Sedangkan Joy sedang berdebat dengan Galih, masalah Galih ingin makan dengan Sheryl namun Joy melarang karena ada Malvin. Joy tak mau Galih mengganggu mereka.

Di mana Adrian? Ini sudah seminggu sejak mereka menonton bioskop. Sheryl terlihat semakin dekat dengan Malvin, sebaliknya dia terlihat semakin jauh dengan Adrian, bahkan seperti tidak saling kenal.

Di kantin, Sheryl dan Malvin duduk sambil memakan makanan mereka. Akhir-akhir ini Malvin terlihat lebih ceria, bahkan hampir setiap waktu wajahnya dihiasi senyuman manis dan sering terlihat bersama dengan Sheryl.

"Sher."

"Ya?" Sheryl menghentikan tangannya yang ingin mengangkat sendok, mengangkat kepalanya dan melihat Malvin.

"Pulang bareng gue ya?" Sheryl mengangguk, Malvin tersenyum lebar. Mereka melanjutkan makan siang dengan tenang meskipun keadaan sekitar sangat ramai. Biasa.

Beberapa cowok menatap Sheryl, bahkan sebagian memasang wajah 'tak percaya' seolah disitu sedang terjadi keajaiban. Sheryl yang notabene sangat jarang makan di kantin, bahkan tak pernah sekalipun makan bersama cowok.... Apalagi hanya berdua. Dan sekarang? Wow! Beruntung sekali Malvin, sampai beberapa kali pula. Mereka menatap takjub, tidak merasa kesal karena sadar diri.

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang