09 ♢ DELIVER

25 10 48
                                    

berpikir sebelum bertindak itu adalah kunci menuju keberhasilan apapun.
__________

Sheryl duduk di bangkunya dan memandang lurus ke depan kelas, ia melamun. Teriakan Galih tadi didengar olehnya.

Tentu Sheryl sudah berusaha untuk melupakan dan tidak menggubris perkataannya. Namun, sangat sial sulit untuk tidak dipikirkan.

"WOY!" Brak!

Suara sapaan dan gebrakan meja itu mengagetkannya hingga tersadar dari lamunan.

Sheryl menoleh, mendapati Galih yang sedang berdiri disampingnya. Yah, siapa lagi yang suka menggebrak meja sambil menyapa kalau bukan Galih (?).

Sheryl menghembuskan napasnya berat, kemudian ia bersandar di kursi dan melirik Galih dengan malas.

Tanpa permisi, Galih menggeser kursi yang berada di sebelah Sheryl lalu mendudukinya. Tangannya ia lipat diatas meja, memandangi Sheryl sambil tersenyum.

"Sher, lo... Suka sama Adrian?" Raut wajahnya berubah saat menanyakan itu.

Pertanyaan itu membuat Sheryl menutup matanya, dan sekali lagi menghembuskan napas berat dan membuka matanya, "Ngapain lo nanya gitu ke gue?"

Galih tersenyum tipis, "Gue kepo aja. Soalnya tadi di kelas, si Adrian ngelamunin lo. Sampe disuruh keluar kelas sama guru. Terus kalian heboh di koridor, gue denger Adrian bilang dia suka sama lo."

Sheryl menatap Galih datar.

Jadi, tadi dia di depan kelas kena hukum gara-gara ngelamunin gue?

Sheryl memang sedikit terkejut mendengarnya, namun itu tak lama.

"Terus?"

"Ya... Gue udah pernah bilang sama Adrian kalo lo itu susah buat di deketin. Jadi, kalo gue bisa bantu dis deketin lo– Eh?!" Mata Galih melotot saat ia tersadar telah mengatakan apa.

Aduh, mampus gue. Keceplosan kan.

"N-nggak gitu maksud gue, Sher," gagap Galih yang melihat Sheryl menaikkan satu alisnya.

"Ngomong yang bener!" Ketus Sheryl.

Akhirnya Galih menghela napasnya dan menceritakan kejadian waktu pertama kali Adrian datang. Ya, benar. Cowok yang waktu itu berkata kalau Sheryl susah didekati adalah Galih.

"Oh," jawab Sheryl sekenanya.

"Jadi?"

"What?"

"Lo mau pacaran sama Adrian?"

"Not yet."

"Yaudah kalo gitu bagus."

Sheryl mengangkat satu alisnya kembali, wajah Galih terlihat lega saat mengatakan itu.

"Apanya yang bagus?"

"Ya... Bagus lo nggak mau sama Adrian."

Lah? Ini cowok aneh banget.

"Udah nggak jelas lo. Mending lo cari cewek deh."

"Ndak dulu."

"Dih??"

Jujur saja, Galih ini adalah tipe cowok yang kalau suka sama cewek tapi nggak jelas perasaannya.

Ketika ia menyukai seorang cewek sedikit saja, maka ia akan menganggapnya serius. Serius suka sama si cewek maksudnya.

Padahal mah akhirnya mah tetep sama, cinta monyet.

Bagian PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang