34.Pengabdian Seorang Tentara

7.4K 677 85
                                    

"Matahari terbenam adalah bukti, bahwa segala sesuatu memiliki akhir"

~Rafassya Baihaqi Alhusayn~

© RAFAYNA Cinta dan Negara ©By Mustika Meri Diana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

© RAFAYNA Cinta dan Negara ©
By Mustika Meri Diana

Bangui, Afrika Tengah. 10 bulan kemudian.

Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat. Tak terasa waktu kepulangan Pasukan Kontingen Garuda yang bertugas menjaga perdamaian pun akan berakhir dalam waktu dua bulan yang akan datang. Rasa rindu untuk sanak keluarga di tanah air pun semakin mencapai puncaknya, namun harus bersabar sedikit lagi sebelum waktu kepulangan tiba.

Saat ini Rafa tengah duduk di bawah pepohonan yang rindang sembari mengamati beberapa prajurit yang sedang bermain dengan anak-anak warga setempat.

"Sendiri aje Ndan. Kaya jomblo" ledek Serda Andi yang baru datang dan ikut duduk disampingnya.

"Ngapain Lo kesini, ganggu semedi gue aja" ucap Rafa tanpa menoleh kearah Serda Andi.

"Saya kemari atas perintah dari Dancuk untuk memanggil komandan" ujar Serda Andi. Rafa yang mendengar ucapan Serda Andi langsung duduk tegap dan menatap tajam kearahnya.

"Ngomong apa Lo barusan?"

"Saya kemari atas perintah dari Dancuk untuk memanggil komandan" ulang Serda Andi.

Pletakkk...

Rafa menjitak bibir Serda Andi cukup keras. "Bagus menurut Lo ngomong begitu!!" Marah Rafa.

"Yaallah Ndan salah saya apa?" Ujar Serda Andi sambil mengusap bibirnya yang sakit akibat jitakan komandan nya tersebut.

"Masih nanya salah Lo apa. Ngapain coba ngomong pake bahasa kaya begitu."

Seolah mengerti bahwa komandan nya telah salah faham akan arti yang ia ucapkan, Serda Andi pun menjelaskan maksud dari kata tersebut.

"Yaallah Ndan. Saya bukan ngomong saru, Dancuk itu singkatan dari Komandan Pucuk" jelas Serda Andi.

"Walaupun begitu enggak boleh. Pemimpin itu harus di hormati. Dengan cara Lo menyebutkan dengan kata begitu, kalau orang yang enggak mengerti maka akan salah faham." Jelas Rafa. Serda Andi pun mengangguk dan meminta maaf.

"Siap salah komandan. Saya minta maaf, saya siap menerima hukumannya" ucap Serda Andi.

Rafa menepuk pundak Serda Andi. "Enggak semua kesalahan itu harus dihukum. Ada kalanya kesalahan cukup dijadikan pembelajaran agar tidak terulang kembali di masa depan" ujarnya. Serda Andi tersenyum dan mengangguki ucapan Rafa.

"Jadi, ada perlu apa Letkol Chandra manggil gue" tanya Rafa.

"Kurang tau Ndan, tapi Letkol Chandra meminta komandan untuk menghadap nya sekarang juga" ucap Serda Andi.

RAFAYNA : CINTA DAN NEGARA☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang