Jeno memandangi gelas kaca dengan es batu dan vodka di dalamnya. Ia menggoyang-goyangkan gelas itu sebentar lalu meneguknya sampai habis.
Sedetik kemudian Jeno tertawa kecil.
"Aku tidak menyangka ada seseorang yang berhasil membuat seorang Lee Jeno tampak menyedihkan seperti ini," Mark menggelengkan kepalanya beberapa kali. Ia kembali menuangkan cairan beralkohol itu ke dalam minuman Jeno.
"Dia menolak tawaranku Mark. Haha, ini baru terjadi sekali selama sepuluh tahun karirku." Jeno lalu menatap Mark yang duduk di sampingnya. "Dia meremehkanku."
"Kalau begitu lebih baik kau mencari muse yang lain."
"Tidak bisa."
"Come on Jeno, apa hanya Renjun yang bisa menjadi muse-mu? Di luar sana kan banyak model yang lebih tampan dari seorang Huang Renjun."
Tiba-tiba Jeno menggeram. Tangannya mengepal dan pandangannya tajam seperti harimau yang sedang murka. "Aku ingin Renjun. Aku hanya menginginkan Huang Renjun!" Gertaknya sambil melempar gelas di depannya hingga hancur berkeping-keping. Sontak semua orang di dalam bar langsung menoleh ke arah mereka berdua.
"Jen, sepertinya kau harus pulang sekarang," Mark buru-buru mengalungkan lengan Jeno di pundaknya untuk membawanya pergi sebelum keadaan semakin kacau.
"Aku menginginkan Renjun, Mark. Aku tidak ingin yang lain," gumam Jeno dengan nada lemah. Langkahnya mulai sempoyongan bahkan saat Mark membantunya untuk berjalan.
"Kau bisa membujuknya, Jeno. Renjun pasti menerima tawaranmu," hibur Mark seraya terus berjalan keluar. Ia sedikit menutup wajahnya agar orang-orang berhenti melihat mereka berdua. Sial sekali, pikirnya. Mungkin besok pagi ia akan menemukan artikelnya di seluruh internet.
"Renjun... Huang Renjun..." racau Jeno setengah sadar.
"Kau membuatku dalam masalah Jen. Aku membencimu..." bisik Mark kesal.
🦋
Kelopak mata Jeno terbuka perlahan begitu merasakan kehangatan sinar matahari pagi yang menyapa wajahnya. Pria tampan itu meregangkan tubuh sambil mengeluarkan suara erangan sebelum menimpa kepalanya dengan bantal.
Sepertinya matahari bangun terlalu cepat hari ini, karena Jeno merasa kepalanya sedikit berat dan pandangannya berkunang-kunang. Sembari mengumpulkan nyawa, ia mengingat-ingat kejadian apa yang terjadi kemarin. Hingga, sebuah nama tercetus di kepalanya.
Huang Renjun harus menjadi muse-nya.
Seketika Jeno terduduk di atas kasur lalu mencari-cari ponselnya. Begitu menemukannya, ia langsung membuka daftar kontak untuk menghubungi seseorang.
"Tumben sekali seorang Lee Jeno menghubungiku sepagi ini..." sahut suara di seberang sana.
"Jaemin, bantu aku." Pinta Jeno tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
Terdengar suara tawa Jaemin di telinga Jeno. "Sepertinya aku bisa menebak apa yang kau inginkan Jeno?"
"Ya. Bantu aku membujuk Renjun."
"Wah, jadi dia benar-benar menolakmu ya?" Tidak biasanya dia seperti ini..."
"Jaemin, apa kau harus memperjelasnya agar aku tampak semakin menyedihkan?"
"Hahaha... kasihan sekali kau. Tapi serius, dia tidak pernah menyulitkan orang lain sebelumnya. Asalkan tawarannya bagus, dia pasti akan mengambilnya. Mungkin kau harus membujuknya sendiri."
"Bagaimana caranya? Apa aku harus mendekatinya?"
"Ide yang bagus. Lagipula aku tidak pernah melihatnya dekat dengan siapapun. Kau bisa mencobanya Jen."
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanfictionLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...