Seneng banget ff ini makin rame. Thank you yang udah baca Cold Butterfly. Jangan lupa buat vote dan ninggalin komentar ya hehe... Enjoy!
⚠️WARNING : MATURE CONTENT, READ AT YOUR OWN RISK⚠️
Renjun sedang berjalan keluar menuju parkiran sebuah rumah sakit saat tiba-tiba ponselnya bergetar. Ia membaca nama "Lee Jeno" di layar seluas 6,5 inci tersebut.
"Ya?"
"Halo Renjun, kau ada dimana?" Suara berat Jeno akhirnya kembali terdengar di telinga Renjun setelah seminggu lamanya. Sejak kembali dari Jepang, keduanya terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.
"Rumah sakit."
"Kau sakit?" Jeno terdengar agak panik.
"Aku tidak sakit, hanya mengecek kesehatanku saja." Jawabnya dan terdengar nada penuh kelegaan di seberang sana. "Oh ya, ada apa meneleponku?"
"Eh, apa kau sibuk setelah ini?"
"Tidak, rencananya aku akan langsung pulang. Memangnya kenapa?"
"Maaf mengganggu waktu istirahatmu tapi bisakah kau ke galeriku? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan. Tentang pemotretan."
"Baiklah, aku segera kesana. Tunggu aku."
"Mau ku jemput?"
"Tidak perlu, aku bawa mobil sendiri."
"Baiklah. Hati-hati di jalan. Aku menunggumu."
Renjun mematikan sambungan teleponnya. Dengan segera ia melangkah menuju tempat mobilnya diparkir. Pikirannya dipenuhi pertanyaan mengapa Jeno menyuruhnya ke galeri malam-malam begini?
🎞
Jarak dari rumah sakit ke galeri Jeno tidak terlalu jauh. Sehingga tidak butuh waktu lama bagi Renjun untuk sampai ke gedung berlantai tiga tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tiga puluh, jadi sepertinya galeri Jeno sudah ditutup untuk umum.
Renjun menghentikan mobilnya tepat sebelum berbelok ke halaman galeri. Kedua matanya menangkap sosok laki-laki yang tidak asing di depan galeri bersama Jeno. Yakni sahabatnya sendiri, Jaemin.
Hati kecilnya tentu saja bertanya-tanya, ada urusan apa sampai Jaemin mendatangi Jeno di galerinya? Seminggu yang lalu bahkan Jaemin menyuruhnya untuk menyampaikan pesan pada Jeno. Sebenarnya ada hubungan apa di antara kedua manusia itu?
Jaemin dan Jeno terlihat sedang berbicara. Ekspresi Jeno tetap tenang dan tidak menunjukkan sesuatu yang berarti saat menatap Jaemin. Sayangnya Renjun tidak bisa melihat wajah Jaemin karena lelaki itu berdiri membelakanginya.
Akhirnya Renjun memutuskan untuk menunggu, ia tidak mau tiba-tiba muncul di sana dan menjadi semacam pengganggu.
Kira-kira lima belas menit kemudian, Jaemin akhirnya berbalik dan berjalan masuk ke dalam mobilnya. Renjun menyipitkan matanya, berusaha menangkap raut wajah Jaemin.
Jaemin terlihat sedikit murung.
Mobil Jaemin akhirnya bergerak meninggalkan galeri dan menghilang di tengah kegelapan malam. Setelah memastikan kepergian Jaemin, Renjun menyalakan mobilnya lagi untuk masuk ke halaman galeri.
Jeno yang mendengar suara mobil pun mengurungkan niat untuk masuk kembali ke galeri. Ia tersenyum lebar ketika melihat Renjun keluar dari mobilnya.
"Maaf karena menyuruhmu datang malam-malam begini." Ujar Jeno sambil menggaruk tengkuknya.
"Kau juga masih di galeri? Padahal sudah sepi," balas Renjun.
"Begitulah, masih banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan."

KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanfictionLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...