Chapter 23 : Golden Hour

4K 422 65
                                    

Kepo nih, kalian pertama tau cerita ini darimana?





Tidak pernah terpikirkan oleh Jeno jika Jaehyun akan berubah menjadi seseorang yang sangat kejam. Sejak kejadian penembakan itu, Jeno sudah sepenuhnya mengubah cara pandangnya pada Jaehyun.

Memang, Jeno tidak mengenal Jaehyun sedekat itu. Jaeho lah yang lebih sering menghabiskan waktu dengan Jaehyun. Entah pergi ke bar bersama, main bowling, balapan, atau kegiatan lain yang kebetulan menjadi hobi keduanya.

Meskipun sering terlibat dalam pergaulan bebas, namun sikap Jaehyun pada Jeno dibilang cukup baik. Jaehyun selalu menyapa Jeno dengan ramah. Mengajaknya mengobrol banyak hal dengan cara yang menyenangkan. Tidak pernah sekalipun Jaehyun membuat Jeno merasa tidak nyaman. Jaehyun juga kerap membantu Jeno saat ia membutuhkannya. Sebaik itu Jaehyun di mata Jeno.

Bahkan ketika Jaeho pergi meninggalkan dunia ini, Jaehyun adalah salah satu orang yang terus menemani Jeno. Jeno merasa sangat terpukul ditinggal selama-lamanya oleh saudara kembarnya. Ia terpuruk dan hidupnya berantakan. Beruntung banyak orang datang untuk menguatkannya sampai Jeno akhirnya bisa kembali menjalani hidup dengan tenang.

Sampai detik ini pun, Jeno masih tidak mengerti mengapa Jaehyun setega itu menyakiti manusia selemah Renjun.

"Kenapa hyung?" Itu adalah pertanyaan pertama yang terucap dari mulut Jeno saat ia menjenguk Jaehyun di penjara.

Tanpa sepengetahuan Renjun, tentu saja. Jeno merasa jika ia harus berbicara empat mata dengan Jaehyun demi menuntut penjelasan.

Jaehyun melirik Jeno lalu membuang napasnya dengan kasar. "Kau tahu alasannya, Jeno. Aku sangat membenci Renjun."

"Ya. Tapi kenapa? Kau tidak puas sudah membuatnya menderita selama ini?" Jeno berusaha meredam amarahnya.

"Renjun sudah menjatuhkan harga diriku sejak awal. Kalau saja saat itu ia menerima ajakan kencanku, mungkin tidak akan seperti ini jadinya. Tanyakan pada Renjun kenapa ia begitu sombong padahal dirinya belum menjadi apa-apa saat itu."

Jeno mengepalkan tangannya kuat. Ingin sekali rasanya menghancurkan kaca pembatas di antara mereka lalu mencekik Jaehyun hingga mati kehabisan napas.

"Renjun berhak menentukan pilihannya, hyung. Kalau dia tidak mau ya sudah, jangan memaksa. Sebenarnya yang sombong itu kau, kau selalu merasa memiliki segalanya sampai matamu dibutakan. Bahkan sampai sekarang, keangkuhanmu itu masih menguasai dirimu, hyung."

"Lalu bagaimana dengan Jaeho? Menurutmu apa yang membuatnya melakukan itu juga pada Renjun? Tentu saja karena Renjun yang sudah sangat sombong mengabaikannya. Dia itu memang tidak tahu diri."

Jeno menatap sengit ke arah Jaehyun. Ia benar-benar berhadapan dengan iblis sekarang. "Jaeho hyung memang salah. Tapi aku percaya dia akan meminta maaf pada Renjun jika dia masih hidup sekarang. Kakakku bukan iblis sepertimu."

Jaehyun merasa kesal karena tidak berhasil menghasut Jeno. Dengan geraman tertahan ia mencondongkan tubuhnya ke arah Jeno. "Jangan keras kepala Jen, kau tidak bisa mengabaikan fakta kalau Renjun adalah penyebab Jaeho tiada. Jaeho mengalami kecelakaan setelah Renjun mendatangi kantor perusahaan kalian seperti orang gila. Dia yang membunuh Jaeho meskipun tidak dengan tangannya sendiri."

Jeno membenci hal ini. Ia tidak suka saat kematian kakaknya kembali diungkit demi mencari pembelaan yang semu. Karena pada akhirnya, dosa itu tetaplah mengakar pada orang yang telah menabur kejahatan.

"Renjun melakukan itu karena dia menuntut keadilan. Siapa yang tidak marah saat dirinya diperlakukan seperti sampah? Kalian berdua telah menghancurkan harga diri Renjun hingga separah itu. Bahkan saat kau melupakan kesalahan yang kau perbuat, Renjun masih menyimpan lukanya yang tidak akan pernah pulih."

COLD BUTTERFLY | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang