Chapter 6 : Room

3.8K 528 11
                                    

Renjun berjalan menyusuri sebuah lorong gelap. Ia sendirian dan ketakutan. Kedua matanya samar-samar melihat sebuah pintu merah tua di ujung lorong. Renjun lantas berlari, ia tidak suka berada di tempat gelap dan menyesakkan seperti ini.

Tangannya kemudian terulur untuk membuka pintu tersebut. Ruangan di baliknya nampak temaram disinari cahaya bola lampu kecil. Renjun melangkahkan kakinya untuk masuk. Lagipula, tempat ini terasa lebih hangat daripada lorong yang dingin.

Lukisan kupu-kupu ada di setiap dinding ruangan. Renjun mengernyit, merasa ia pernah melihat ini sebelumnya.

"Renjun?"

Dengan gerakan terburu-buru Renjun membalikkan badan. Kecemasannya mendadak meleleh begitu melihat wajah seseorang yang sering ditemuinya baru-baru ini. Seseorang yang mengaguminya sebagai muse.

"J...Jeno?"

Jeno mendekat kepada Renjun. Dengan senyuman manis ia memegang wajah Renjun dan menggerakkan ibu jari di sekitar tulang pipinya. Renjun tidak menolak dan justru menikmati kehangatan yang dialirkan dari suhu tubuh Jeno.

"Kau adalah kupu-kupu yang kehilangan sayapmu. Kau tidak lagi indah, hanya rapuh..."

Renjun memberontak ketakutan begitu Jeno mencengkeram wajahnya sambil menatapnya dengan sorot yang mengerikan. Pria itu seolah berubah seperti monster. Monster yang akan membunuhnya saat itu juga. Di ruangan ini, tanpa siapapun yang mengetahui.

"Jen..."

"HAAHHH!!!" Renjun membuka matanya lebar-lebar dengan deru napas yang begitu memburu.

Mimpi buruk lagi, bedanya kali ini dengan cerita yang berbeda.

Renjun menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Semakin hari rasa cemasnya semakin terasa menyesakkan. Renjun menangisi dirinya sendiri yang terlihat menyedihkan.

Dan Jeno...

Pria itu berbeda 180 derajat setiap kali hadir di dalam mimpinya. Jeno yang ada di dunia nyata adalah seorang yang hangat dan penuh kasih. Sedangkan Jeno di mimpinya seperti dewa kegelapan yang siap untuk menyiksanya.

Pertanyaannya adalah, apa ia bisa bertahan jika setiap hari harus bertemu dengan Jeno?

🦋

"Sudah 2 jam dan si model itu belum datang?" Gerutu salah satu anggota tim Jeno kesal. "Hyung, ini baru hari pertama tapi Renjun sudah menyulitkan kita. Kau yakin masih tetap akan menyewanya?"

"Jaga bicaramu Chenle. Aku tidak suka mendengar kata 'menyewa'. Kau pikir Renjun semacam barang?" Jeno membalas dengan galak.

Saat ini keadaan di lokasi pemotretan sedang berantakan. Renjun yang dijadwalkan melakukan pemotretan pukul 11 pagi, nyatanya tak kunjung menampakkan diri hingga jam 1 siang. Berulang kali Jeno mencoba menghubungi Renjun, tapi ponselnya tidak aktif. Sedangkan Jisung mengatakan bahwa ia sedang membujuk Renjun untuk keluar rumah.

Jeno marah, tentu saja. Tapi Renjun bukan model pertama yang membuat ulah seperti ini. Dan karena Jeno tahu jika Renjun sedikit 'berbeda', maka ia berusaha keras untuk bersabar sembari menenangkan timnya yang mulai kesal.

Tepat 10 menit kemudian, Renjun datang bersama Jisung. Manager tersebut lantas membungkukkan badan meminta maaf ke semua orang di lokasi. Sedangkan Renjun, hanya berdiri dengan wajah pucat pasi seperti raga tak bernyawa.

"Jeno ssi, maaf kami terlambat. Aku pastikan kelalaian seperti ini tidak akan terulang lagi. Maafkan aku." Mohon Jisung sambil berkali-kali membungkuk.

Jeno tersenyum sekilas dan menepuk pelan bahu Jisung. Yang lebih membuatnya cemas adalah penampilan Renjun.

COLD BUTTERFLY | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang