Klik bintangnya dulu yaa :)
Sayup-sayup Renjun mendengar suara Jisung memanggil namanya. Kedua matanya terbuka perlahan, melihat raut wajah Jisung yang nampak cemas.
"Hyung, akhirnya kau sadar juga." Ujar Jisung penuh dengan kelegaan. Ia membantu Renjun untuk duduk.
Renjun mulai mengingat kembali apa yang terjadi padanya sebelum ia terbangun di tempat ini. Pergi ke pantai bersama Jeno dan Areum, lalu pulang ke hotel dengan Jeno, dan ... ketika Jeno menciumnya.
Ingatan itu adalah yang terburuk di antara semuanya.
"Kau baik-baik saja kan hyung?" Jisung terlihat begitu khawatir.
"Bagaimana aku bisa disini?"
"Kemarin kami menemukanmu pingsan di depan lift, hyung."
Renjun melotot mendengar perkataan Jisung. "Pingsan?"
Jisung mengangguk. "Tepatnya, Jeno hyung yang menemukanmu pertama kali. Dia terlihat panik saat membawamu ke kamar. Lalu dia menelepon dokter untuk memeriksa keadaanmu. Untunglah tidak ada sesuatu yang serius. Kau hanya syok katanya."
Renjun diam tertegun. Ia bisa membayangkan bagaimana kepanikan Jeno saat menemukannya tidak sadarkan diri.
"Boleh aku bertanya hyung?" Jisung menatap Renjun dengan hati-hati. "Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian berdua? Maksudku, kau dan Jeno hyung."
Renjun berusaha menjaga sikapnya senormal mungkin. Jisung tidak boleh tahu apa yang terjadi kemarin. "Tidak ada. Mungkin kemarin aku kelelahan."
"Kalian berdua pergi selama 2 hari tanpa alasan yang jelas dan kau pingsan saat kembali. Apa aku bisa mempercayai jawabanmu hyung?"
"Tanpa alasan? Jeno tidak mengatakan apapun pada kalian?" Renjun bingung. Setidaknya Jeno mengatakan sesuatu sebagai alasan kan?
Jisung menggeleng. "Kalau ketua agensi tahu, aku akan dimarahi habis-habisan karena membiarkanmu pergi seperti kemarin."
"Uhh, maafkan aku Jisung. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Kemarin kami hanya ... hanya ..."
"Apa kau tidur dengannya?"
Renjun nyaris melonjak saking kagetnya. Tebakan Jisung memang salah tapi kalau saja dirinya tidak terbangun saat Jeno menciumnya, mungkin ceritanya akan berbeda.
"Apa aku terlihat seperti seorang gay?"
"Wow tadinya aku malah berpikir kalian sudah jadian atau semacamnya."
"Jisung ..."
"Lalu kenapa Jeno hyung selalu menatapmu seperti itu?"
"Seperti itu bagaimana?"
Jisung menghembuskan napas dengan berlebihan. "Kau bodoh atau pura-pura bodoh sih hyung? Jeno hyung selalu memperhatikanmu. Dia seperti menjagamu dari kejauhan. Dan tatapannya seperti seolah-olah hanya ada kau di dunianya."
Renjun tidak tahu harus berkata apa. Kenyataannya, ia tidak pernah menyadari hal tersebut.
"Pantas saja penggemarmu menyerangnya karena cemburu. Semua orang telah menyadarinya sejak lama, kecuali dirimu."
"Sudah, sudah. Aku pusing mendengar ocehanmu." Renjun mengakhiri pembicaraan begitu saja. "Ponselku mana?"
Jisung melihatnya dengan sebal sebelum beranjak untuk mengambil benda yang dicari Renjun di atas meja. "Oh, Jaemin menelponmu."
"Halo Jaeminie?"
"Renjun, akhirnya aku bisa mendengar suaramu."
Mendadak Renjun merasakan sesuatu yang tidak beres. "Ada apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanficLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...