Aku update lebih awal buat syukuran 2k votes! Makasih banyak buat kalian yg udah ngikutin cerita ini 🫶🏻🫂
"Renjun, Jeno sudah sadar. Kau mau menemuinya?"
Begitu mendengar kata-kata Mark melalui telepon, Renjun langsung menyuruh Jisung untuk mengantarnya ke rumah sakit. Padahal saat itu ia masih di lokasi syuting dan Jisung yang awalnya menolak permintaan Renjun akhirnya berusaha membujuk sutradara untuk melanjutkan pekerjaan mereka esok hari. Renjun bisa saja kena penalti karena sikapnya itu, tapi hal itu bukanlah masalah.
Yang terpenting baginya sekarang adalah Jeno. Renjun ingin sesegera mungkin melihat Jeno. Hatinya tidak akan tenang sebelum melihat Jeno dengan matanya sendiri.
"Cepat Jisung kenapa kau menyetir lambat sekali?" Omel Renjun kesal.
"Memangnya kau mau kita kecelakaan? Sabar sedikit Renjun hyung," balas Jisung yang jadi ikut panik karena perilaku Renjun.
Renjun merasa sangat bersyukur karena Tuhan mengabulkan doanya. Hari ini adalah hari kesepuluh sejak Jeno dinyatakan koma. Selama ini Renjun selalu menyempatkan waktu untuk menemani Jeno. Meskipun ia baru bisa berkunjung saat larut malam, Renjun akan tetap melakukannya. Renjun ingin menjadi orang yang pertama dilihat Jeno ketika laki-laki itu terbangun dari tidur panjangnya. Ya, meskipun keinginanya itu sudah sirna sekarang.
Setelah Jisung menghentikan mobil di parkiran rumah sakit, Renjun langsung keluar begitu saja tanpa menghiraukan Jisung yang berteriak memanggil namanya. Renjun juga tidak peduli jika cedera di kakinya belum seratus persen pulih. Laki-laki itu berlari sekencang yang ia bisa. Bahkan pandangan aneh dari orang-orang yang melihat tingkah Renjun tidak membuatnya malu.
Akhirnya, Renjun berdiri di depan pintu kamar perawatan Jeno. Untuk beberapa detik, ia terdiam sambil mengatur napasnya yang tersenggal. Mendadak Renjun merasa gugup. Apa yang harus ia katakan? Jelas bukan pertanyaan seperti 'apa kabar?' karena tidak cocok ditanyakan pada orang yang baru bangun dari komanya.
"Bodoh, apa yang kau pikirkan Ren?" Maki Renjun pada diri sendiri sambil menggelengkan kepala. Dengan memberanikan diri, tangan Renjun pun tergerak untuk menggeser pintu bercat putih.
Orang pertama yang menyambut Renjun adalah Mark. Mark menampilkan senyum lebarnya sambil melambaikan tangan ke arahnya. Lee Donghae juga terlihat ada di sana, pria itu tampak senang menerima kedatangannya.
Kemudian, mata Renjun bertemu dengan seseorang yang telah lama ia rindukan. Pria itu duduk bersandar di ranjang sambil tersenyum hangat padanya. Walaupun masih sedikit pucat, namun ketampanan wajahnya tidak berkurang sedikit pun. Renjun tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis tersedu-sedu di hadapan Jeno.
"Renjun? Kenapa kau menangis?" Jeno mengelus puncak kepala Renjun begitu laki-laki itu mendekat ke arahnya. "Maaf ya, aku membuatmu menunggu terlalu lama."
"Aku... hiks... takut sekali... kau tidak sadar Jeno..." ucap Renjun dengan susah payah. Ia benar-benar menangis seperti anak kecil. Kalau kondisinya sedang tidak seperti ini mungkin Jeno sudah menertawainya.
Jeno menatap iba, kemudian langsung membawa tubuh kecil Renjun ke dalam pelukannya. Diciumnya kepala Renjun agar laki-laki itu bisa sedikit tenang. Tapi percuma saja karena Renjun semakin mengeraskan isakannya. "Aku tidak akan meninggalkanmu, Renjun. Aku sudah berjanji."
"Jangan seperti ini lagi, hiks... Jangan terluka lagi..."
"Aku lebih tidak rela kalau kau yang terluka. Kau sudah banyak menderita selama ini. Aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu."
"Tapi aku hampir kehilanganmu, Jeno. Aku takut sekali. Aku takut kau pergi," Renjun melepaskan pelukan sambil mengusap air mata dengan punggung tangannya. "Aku takut tidak bisa melihatmu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanfictionLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...