Hari-hari berlalu dengan begitu lambat. Selama sebulan belakangan, Renjun menjalani hidupnya seperti zombie. Ia hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Bahkan seringkali melupakan makan jika Jisung tidak mengingatkannya. Berat badannya menurun, tubuhnya lesu, dan binar itu benar-benar hilang dari paras tampannya.
Renjun tidak pernah menyangka jika rencana balas dendamnya akan menjadi senjata makan tuan. Bukan hanya Jeno yang merasakan pahitnya penyesalan, tapi dirinya juga ikut menderita lebih dari apapun.
Ngomong-ngomong soal Jeno, laki-laki itu menghilang. Renjun sudah tidak pernah melihatnya lagi. Bagai ditelan bumi, Jeno benar-benar tidak menampakkan dirinya lagi di hadapan Renjun. Persis seperti perintah Renjun kala itu yang menyuruh Jeno untuk pergi.
Tapi Renjun tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia merindukan Jeno. Ia rindu melihat wajah tampannya, senyum bulan sabitnya, kata-katanya yang menghangatkan, semuanya. Diam-diam Renjun pernah pergi ke galeri Jeno. Berharap dengan cara itu ia bisa melihat Jeno meskipun dari jarak yang jauh. Namun hasilnya nihil, Renjun sama sekali tidak dapat menemukan keberadaan Jeno.
"Apa kau sedang ada masalah berat akhir-akhir ini? Kau tampak tidak sehat Renjun," ucap Psikiater yang menangani Renjun, seorang dokter muda yang bernama Kun.
"Aku hanya kelelahan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," sangkal Renjun sambil memaksakan seulas senyum.
Kun tidak puas dengan jawaban Renjun. Ia telah menangani laki-laki itu sejak awal traumnya muncul. Kun juga mengetahui semua kepahitan yang dialami Renjun. "Apa ini berkaitan dengan kejadian itu? Kau bisa menceritakan semuanya padaku, Renjun. Aku akan mendengarkan."
Mata rubah Renjun menatap nanar. Tangannya di atas meja bergetar, sehingga Renjun cepat-cepat menurunkannya. Napasnya tiba-tiba memburu. "Aku... tidak, kenapa kau bertanya seperti itu?"
Kun tidak langsung menjawab. Reaksi Renjun terhadap pertanyaannya telah menjelaskan semuanya. "Renjun, kau ingat kan apa yang pernah aku katakan padamu?"
Renjun terdiam sambil meremat jari-jarinya sendiri, menahan tangis.
"Maafkan masa lalumu, terima dirimu yang sekarang, dan hadapilah masa depan," Kun tersenyum meyakinkan. "Aku tahu prosesnya memang sulit, tapi aku yakin kau bisa melakukannya Renjun. Pelan-pelan saja, jangan terburu-buru. Kelak kau akan mendapatkan kebahagiaan yang kau dambakan selama ini. Aku percaya itu."
"Orang sepertiku, apa pantas menerima kebahagiaan itu?" lirih Renjun penuh dengan keputus asaan.
"Kenapa kau bicara seperti itu? Hanya Tuhan yang mengerti isi hati manusia yang sebenarnya. Tuhan pula lah yang mengirimkan kebahagiaan pada setiap manusia, dengan caranya masing-masing. Jangan merendahkan dirimu seperti itu, Renjun. Mungkin dirimu jauh lebih berharga dari yang kau bayangkan."
Isakan Renjun terdengar, rasanya ia ingin menumpahkan semua bebannya kali ini. Dadanya terasa sesak, membuatnya sedikit kesulitan untuk bernapas. "Aku merasa sangat bersalah padanya, hiks... aku telah menyakiti orang yang sangat baik padaku. Aku bahkan belum meminta maaf padanya. Aku ini orang yang jahat."
Kun terhenyak mendengar pengakuan Renjun. Hidup laki-laki ini memang berat, sudah mengalami kejadian yang traumatis juga tidak mempunyai keluarga yang mendukungnya. Renjun bisa bertahan hidup sampai detik ini adalah buah dari kerja keras yang tidak mudah.
"Renjun, kau hebat karena telah mengakui kesalahanmu. Jangan pernah menyia-nyiakan kebaikan orang lain untukmu. Kau tidak pernah tahu, mungkin orang itu adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk memberikan kebahagiaan di hidupmu. Sebelum semuanya terlambat, pergilah dan kejar kebahagiaanmu."
Renjun berperang dengan batinnya sendiri. Perkataan Kun ada benarnya, tapi di dalam hatinya masih ada sisa-sisa dendam yang belum hilang. Kepalanya pusing, apakah ia harus menyerah dan meminta maaf pada Jeno? Atau membiarkan keadaan ini dan melupakannya pelan-pelan?

KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanfictionLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...