"Kau yakin tidak mau ku antar pulang? Wajahmu masih pucat Renjun," tanya Jeno saat Renjun hendak pulang setelah bermalam di galeri Jeno.
Renjun menggeleng seraya membuka pintu mobilnya. "Aku baik-baik saja. Tak perlu mencemaskanku."
"Renjun aku..." Jeno menghentikan omongannya sejenak karena ragu. "Apa aku boleh bertanya soal mimpimu itu? Maksudku, aku ingin tahu apa yang membuatmu takut."
Ratapan nanar diberikan Renjun. Jujur saja, tapi hatinya merasa sakit saat mendengar Jeno mempertanyakan hal itu. Apa orang-orang memang dengan mudahnya melupakan dosanya sendiri. "Jeno, apa kau sama sekali tidak mengenalku?"
"Huh? Tentu saja aku mengenalmu. Kau kan pacarku."
"Bukan itu maksudku, sebelum kau melihatku di acara premiere itu, apa kau benar-benar tidak merasa pernah mengenalku?" Tanya Renjun dengan hati-hati.
Jeno terdiam sejenak. Ia berusaha mencerna kata-kata Renjun yang membingungkan. "Renjun, pertemuan pertama kita adalah di acara itu."
Renjun mengangguk sambil memaksakan seulas senyum. Tapi Jeno melihat sebersit kesedihan di raut muka Renjun. "Sebentar lagi galeri buka kan? Semangat bekerja Lee Jeno," Renjun tersenyum lebar dan langsung masuk ke dalam mobil. Tanpa memedulikan Jeno yang masih ingin bertanya lebih jauh, Renjun menjalankan mobilnya menjauhi studio.
Sambil menyetir, pikiran Renjun berkecamuk. Kacau, mungkin itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini. Seolah menemui jalan buntu, Renjun bahkan tidak tahu apakah rencana balas dendamnya akan berhasil.
Tapi jika suatu saat masa lalu itu terkuak,
luka lamanya akan terbuka lagi.
Jeno akan terpuruk dalam penyesalannya.
Dan mungkin, ini akan menghancurkan hidup keduanya. Renjun menggeleng cepat, mempertanyakan kesanggupan diri sendiri untuk menerima semua kemungkinan buruk.
Tiba-tiba disaat Renjun masih terlarut dalam pikirannya, sebuah mobil sedan menyalip mobil Renjun dan berhenti tepat di depannya secara mendadak. Renjun terpaksa menginjak pedal rem sedalam mungkin sampai mobilnya berhenti.
"Brengsek!" Umpat Renjun kesal sambil memukul setirnya. Ia pun melihat ke depan ke arah mobil yang menghalangi jalannya. Kemudian kedua matanya membulat begitu mengetahui sosok pria tinggi yang keluar dari mobil itu.
"Tidak mungkin," lirihnya dengan cemas. Tapi ia tidak mungkin salah mengenali orang, apalagi seseorang yang jelas-jelas punya hutang dosa padanya.
Jaehyun keluar dari mobilnya dan menyuruh Renjun keluar. Tawa pria itu langsung terdengar begitu melihat Renjun lagi setelah 4 tahun berlalu. "Masih ingat padaku Renjun?"
Renjun mengepalkan tangannya melihat seseorang yang sangat dibencinya selama ini. Orang kedua yang ia benci setelah Lee Jeno. "Aku tidak pernah lupa pada orang yang telah menghancurkan hidupku." Balas Renjun dengan tajam dan dingin.
Dengan santainya, Jaehyun mendekat ke arah Renjun yang sudah menegang. "Jadi kau berpacaran dengan Jeno sekarang?" Suaranya terdengar dalam dan menusuk di telinga Renjun.
Bibir terkatup rapat. Renjun berusaha menyembunyikan rasa takutnya pada Jaehyun. Selain Jeno, pria ini juga mampu membuat Renjun meringkuk ketakutan. "Bukan urusanmu." Balasnya datar.
Seringai meremehkan muncul di wajah Jaehyun. "Jauhi dia, Renjun. Selagi aku masih meminta padamu baik-baik."
Manik Renjun membulat, tentu saja ia tidak akan membiarkan siapa pun mengacaukan rencananya. "Tidak. Jeno dan kau harus membayar apa yang telah kalian perbuat padaku. Kau pikir aku sudah memaafkan kalian?"
![](https://img.wattpad.com/cover/330328611-288-k962695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD BUTTERFLY | Noren
FanfictionLee Jeno telah menjalani profesi sebagai seorang fotografer sejak 10 tahun terakhir. Ia berniat menyelenggarakan sebuah pameran untuk memperingati 1 dekade karirnya. Dan Huang Renjun, penyanyi sekaligus model terkenal dengan kecantikannya memikat pe...