Chapter 22 : Agony

3.9K 424 52
                                    

Hmm jadi aku bingung, jumlah reads sama votes cerita ini nambah. Tapi komentarnya berkurang. Apa alurnya ngebosenin? 😅
Atau mungkin karna udah lewat yaa klimaksnya 😂
Anyway, aku seneng loh bacain komentar tolong kasih yg banyak dong apa aja juga boleh 🥹🫶🏻

•••


"Kondisi Renjun sedang tidak terlalu baik. Emosinya yang tidak stabil bisa memicu traumanya untuk kambuh sewaktu-waktu. Kalau aku boleh tahu, apa yang terjadi? Renjun tidak akan seperti ini jika tidak ada hal buruk yang menyertai," Kun membetulkan letak kacamatanya. Ia baru saja melakukan pemeriksaan pada Renjun setelah laki-laki itu disuntikkan obat penenang.

Di dalam hatinya, Jeno menyerukan ribuan sumpah serapah untuk Jaehyun. Tidak mengerti mengapa Jaehyun tega melakukan ini pada orang yang bahkan tidak memiliki kekuatan sebesar itu untuk melawannya. "Renjun berbicara dengan Jaehyun dan semuanya menjadi kacau. Aku menyesal sudah membiarkannya bertemu si keparat itu."

Kun mengangguk paham. Ia cukup tahu tentang apa yang terjadi di antara Renjun, Jeno, dan Jaehyun dari berita yang ia lihat di televisi. Masalah yang cukup pelik, pantas saja jika kondisi Renjun sampai menurun drastis. "Sebaiknya jauhkan Renjun dari orang-orang yang berpotensi mengganggu keselamatannya. Kau tahu kan, mentalnya sudah tidak sekuat orang normal. Renjun sangat rapuh dan jika kau tidak menjaganya dengan benar, ia bisa mengalami depresi berat seperti empat tahun yang lalu. Oh ya, karena selama ini Renjun tinggal sendiri, akan lebih baik jika ada seseorang yang mendampinginya dua puluh empat jam. Jangan biarkan Renjun sendirian dan sembunyikan benda-benda tajam sebisa mungkin."

"Benda tajam?" Jeno mengernyit tidak mengerti.

"Ya. Dalam kondisi mental yang tidak stabil, Renjun bisa tidak sadar melukai dirinya sendiri. Jadi aku harap kau bisa menjaganya dengan baik."

Jeno merasakan sesuatu yang asing meremat hatinya. Tidak pernah menyangka jika trauma Renjun akan berakibat seburuk ini. Setelah ini ia benar-benar tidak akan pernah membiarkan Jaehyun muncul di hadapan Renjun. Apapun alasannya.

"Aku akan memberikan resep obat. Pastikan Renjun meminumnya dengan teratur untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Merawat penyitas seperti Renjun itu tidak mudah. Tapi aku yakin kau bisa melakukannya," Kun tersenyum ramah memberikan semangat.

"Terima kasih, dokter."

Setelah penjelasannya dirasa cukup, Kun pergi meninggalkan Jeno di kamar rumah sakit untuk menunggu Renjun siuman. Lantas Jeno menduduki kursi di sisi ranjang dimana Renjun sedang terlelap dengan tenang.

Jeno tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh wajah pucat pasi itu. Gurat lelah terlihat jelas disana, bibir yang biasanya berwarna merah muda kini berubah menjadi putih. Ibu jari Jeno tergerak untuk menghapus jejak air mata yang tersisa. Gerakannya sangat pelan dan lembut, takut jika dirinya akan menghancurkan Renjun dengan mudahnya.

"Aku akan menjagamu, Renjun. Aku tidak akan pergi dari sisimu. Tetaplah di pelukanku dan jangan merisaukan apapun. Pelan-pelan, aku akan membantu menyembuhkan luka masa lalumu," lirih Jeno diiringi dengan senyuman hangat.

Tak berselang lama, Renjun tersadar. Matanya yang sayu terbuka dan langsung menemukan Jeno sedang menatapnya penuh kekhawatiran.

"Akhirnya kau sadar juga sayang," Jeno mengelus pipi Renjun yang terasa hangat.

"Jeno..." isakan tiba-tiba terdengar pilu. Air mata bening kembali menghiasi raut yang sudah tampak menyedihkan. "Aku takut..."

"Hei..." Jeno mendekatkan diri. "Apa yang membuatmu takut? Aku ada disini, Renjun."

COLD BUTTERFLY | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang