Chapter 12 : Party

3.7K 480 77
                                    

"Lihatlah para wartawan itu. Sampai kapan mereka akan mengepung galerimu? Mereka benar-benar tidak menyerah," ujar Mark memperhatikan orang-orang yang kini memenuhi halaman galeri.

Jeno menghela napas panjang sambil menatap layar laptopnya yang justru membuat kepalanya serasa akan meledak. "Kenapa semua ini harus terjadi Tuhan?" Keluhnya frutasi.

Mark memandang sahabatnya dengan rasa iba. "Menurutku kau memang harus memberikan pernyataanmu. Setidaknya kalau semua ini tidak benar, kau bisa mengelak."

Ekspresi Jeno justru terlihat semakin putus asa. "Aku tidak bisa melakukannya."

Mark mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Karena aku akan menyakiti Jaemin. Jaemin menyukaiku dan dia pasti senang dengan rumor ini."

Mark tidak menjawab dan ikut memandangi artikel di laptop yang menampilkan foto-foto Jeno dan Jaemin di depan apartemen Jaemin. Bahkan ada foto saat Jaemin memeluk Jeno sebelum masuk ke dalam mobil.

"Padahal aku sudah berhati-hati saat pergi ke apartemennya." Gumam Jeno.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan Renjun?" Pertanyaan Mark justru semakin membuat Jeno pening.

"Aku tidak bisa menghubunginya. Lebih tepatnya, Renjun tidak pernah menjawab teleponku atau sekedar membalas pesan. Sepertinya dia marah."

Mark menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. "Memang hubunganmu dengan Renjun sudah sejauh mana?"

Jeno menolehkan kepalanya dan berkata, "We had sex. Once."

"Wow Jeno?"

"Tapi sejak berita ini keluar, dia seperti menghindariku. Entahlah, rasanya aku ingin memperbaiki semua ini. Tapi tidak tahu bagaimana memulainya."

Mark turut prihatin dengan masalah Jeno. Ia tahu posisi Jeno sangat sulit sekarang. Sementara pria itu tidak ingin menyakiti perasaan Jaemin dan Renjun. "Mungkin kau harus menemui Renjun secara langsung. Bukannya hari ini dia pulang dari Hong Kong?"

Jeno mengangguk. "Sepertinya begitu. Nanti aku akan mencoba ke rumahnya."

"Tidak usah khawatir. Kau pasti bisa melewati semua ini," Mark tersenyum lebar sambil mencengkeram singkat bahu Jeno. "Oh ya, besok malam kau datang ke pesta Jinwoo hyung tidak?"

"Tentu. Aku tidak enak kalau sampai tidak datang."

"Baiklah, setidaknya kau harus bersenang-senang dan melupakan sejenak masalah ini."

Jeno tersenyum mendengar kata-kata Mark. "Thanks, Mark."

🐶

Malam itu suasana di sebuah gedung mewah di pusat kota terlihat ramai. Mobil-mobil mewah berdatangan menurunkan penumpang yang mengenakan baju-baju indah. Sementara sorot lampu kamera tak berhenti, justru semakin riuh seiring dengan tamu undangan yang tiba.

Jeno memandang keluar kaca jendela mobilnya. Ia merasa tidak heran mendapati betapa ramainya pesta ini. Pesta yang diselenggarakan oleh Song Jinwoo, seorang novelis best seller yang baru saja sukses meluncurkan novel kesepuluhnya. Jinwoo adalah senior Jeno saat ia duduk di bangku kuliah. Dan Jeno sangat menghormati Jinwoo juga menganggapnya seperti kakak sendiri.

Begitu menginjakkan kakinya di red carpet, para wartawan langsung menyerbu Jeno dan memberondongnya dengan berbagai pertanyaan seputar kabar kencannya. Jeno tentu sudah bersiap akan semua ini. Yah, mungkin benar kata Mark. Ia harus mengelaknya, lalu memberi pengertian pada Jaemin nanti.

Tapi sialnya, sebelum Jeno berhasil mengucapkan kata-kata yang bahkan telah disusunnya secara rinci, Jaemin datang menghampirinya. Dengan senyum secerah matahari lelaki itu mengalungkan tangannya di lengan Jeno.

COLD BUTTERFLY | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang