Final Chapter : Cold Butterfly

4.3K 352 29
                                    

Update lebih awal buat syukuran 20k reads! Makasih banget yaa!



"Renjun, kau baik-baik saja?" Tanya Jeno sambil menepuk bahu kekasihnya dengan lembut. Ia sempat khawatir karena tidak menemukan Renjun di seluruh galeri hingga ia menemukan lelaki itu sedang menyendiri di balkon belakang. Ya, tempat itu memang hampir tidak pernah didatangi siapapun bahkan staf galeri.

Renjun menatap Jeno dengan sendu, terlukis jelas kegundahan yang teramat besar di wajah tampannya. "Apa kau yakin akan melanjutkan pameran ini? Aku melihat tamu yang datang adalah orang-orang hebat dan sepertinya mereka tidak akan suka denganku."

Perkataan Renjun membuat Jeno nyaris tidak mempercayai pendengarannya sendiri. Sudah berulang kali ia menjelaskan hal ini pada Renjun. Tapi sepertinya Renjun memang mengalami trauma yang mendalam. "Kau tahu apa judul pameranku?"

Renjun menggeleng.

"Cold Butterfly. Kupu-kupu yang dingin, rapuh. Kupu-kupu yang memiliki sepasang sayap yang indah, kecantikannya terpancar di bawah sinar mentari. Namun ia rapuh. Dan kupu-kupu itu adalah dirimu."

Renjun mengernyitkan dahinya. Tapi sebelum ia bertanya, Jeno sudah lebih dulu mengeluarkan kalung emas putih berliontin kupu-kupu dengan berlian berwarna biru di kedua sayapnya. Sambil tersenyum manis Jeno pun memakaikan kalung itu di leher Renjun.

"Cantik sekali," Jeno menyentuh liontin kupu-kupu yang tampak kontras dengan kulit putih Renjun.

"Kenapa? Kenapa kau menyebutku sebagai kupu-kupu?"

"Aku masih ingat saat aku pertama kali melihatmu, Renjun. Kau sangat cantik dan indah. Tidak ada satupun manusia yang bisa menandingi keindahanmu di tempat itu. Tapi kemudian, semakin lama aku mengenalmu aku mulai melihat bagian lain dari sisimu yang indah. Kau terluka. Sayapmu yang indah nyatanya tidak sekuat itu. Kau telah memendam penderitaan dalam waktu yang sangat lama, tanpa diketahui orang lain."

Renjun tertegun.

"Dan bagian terburuknya adalah saat aku mengetahui jika saudara kembarkulah yang melukaimu. Aku merasakan kehancuran yang teramat sangat kala itu. Sesuatu yang bahkan diriku sendiri tidak bisa memaafkannya."

"Tapi setelah itu kau merawatku. Kau tidak pergi seperti seorang pengecut. Kau ada di sisiku dan menemaniku sampai aku pulih." Sambung Renjun dan menatap Jeno dengan senyuman lembut. "Terima kasih."

Jeno pun menarik Renjun ke dalam pelukannya. Ia menempelkan dagunya di atas pucuk kepala Renjun sambil mengusap punggungnya dengan penuh kehangatan. "Tidak ada lagi yang perlu kau takutkan sayang. Karena aku akan selalu menjagamu."

Renjun tersenyum mengiyakan. Kalimat terakhir Jeno entah bagaimana caranya dapat menghangatkan hatinya. Sekali lagi, ia merasa sangat bersyukur pada Tuhan karena telah mempertemukan mereka berdua. Meski cerita mereka diawali dengan luka, tapi mereka mampu mengobati luka masing-masing dan bertahan bersama.

"Sayang, apa sekarang kau mau keluar dan menyapa tamu bersamaku?"

Renjun melepaskan pelukannya dan memandang kedua mata gelap kekasihnya. Kemudian ia mengangguk tanpa keraguan.

🦋

"Muse adalah sesuatu yang sangat berharga di kalangan seniman. Begitu pun dengan saya. Selama sepuluh tahun berkarir sebagai seorang fotografer, saya telah memotret banyak obyek. Benda, manusia dan suasana. Semuanya indah, semuanya memiliki cerita yang menarik. Tapi muse, adalah seseorang yang memberi saya inspirasi terindah. Inspirasi yang tidak pernah terlintas di benak saya sebelumnya..."

Renjun memandang kekasihnya yang sedang berpidato dengan penuh kebanggaan. Gaya bicaranya persuasif dan enak didengar. Siapa yang tidak terkesima dengan penamilannya yang luar biasa tampan. Bahkan sudah beberapa kali Renjun memergoki gadis-gadis yang menatap Jeno dengan penuh damba.

COLD BUTTERFLY | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang