chap 6.

1.1K 92 6
                                    

mohon maaf jika alurnya tidak jelas ataupun terdapat typo, karena itu tidak disengaja.

Jangan jadi silentreaders :(

Vote dan komen!

Happy Reading~

______________________________________________

.

.

Bel pulang sekolah pun berbunyi, semua siswa di kelas berhamburan keluar kelas.

Gadis bernetra merah muda itu, telah merapihkan barang-barangnya, ia berjalan menuju kelas Hari berniat untuk pulang bersama.

"Makan malam hari ini apa ya? Bulgogi? Sup kimchi? Entahlah, kupikir nanti saja," batin Youra.

Saat sudah dekat dengan kelas Hari, Ia melihat Hari yang sedang berjalan di koridor dengan tasnya, "Hei, Hari!" panggilnya.

Pemilik nama yang merasa terpanggil pun menoleh kebelakang, dan terlihat Youra sedang berlari ke arahnya, "Youra? Kau belum pulang?" tanya gadis bersurai coklat pada Youra.

"Mm.. aku ingin pulang bersamamu, sekalian berbincang," jawab Youra sambil tersenyum.

"Aku baru sadar kalau Youra semanis itu saat tersenyum," Panah imajiner menancap di ginjal- jantung Hari, ia menatap gadis yang sedang berjalan beriringan dengannya kini.

Setelahnya, mereka berdua berbincang sambil berjalan.

"Oh iya! Hari, Doori pulang bersama kita juga kan?" - Youra.

"Ah iya, aku akan kekelasnya— eh?" Langkah Hari terhenti ketika melihat tiga orang anak sedang berdiri tak jauh dari tempat ia berhenti.

"Hei Doori, kau akan makan banyak supaya bisa tidur selama musim dingin, ya? Hahahaha!" ejek salah satu anak laki-laki dan menertawakan Doori disusul tawaan temannya.

"Huh? Aku bukan beruang!" protes Doori tidak terima ejekan dari kedua anak laki laki itu.

"Bagaimana dengan beruang? Mereka juga besar dan bundar, hehehehe," ejek mereka sekali lagi.

Youra Cho.

Aku terdiam ketika melihat pemandangan itu. Sialan mereka. Mereka pikir enak dikata-katai seperti itu?

Emosiku memuncak tatlala melihatnya. Aku pernah berada di posisi Doori, dan itu benar-benar membuatku tidak nyaman.

Terlebih lagi, Doori masih kecil, bagaimana perasaanya saat ini?

Karena rasa kesal, awalnya aku hendak menghampiri mereka dan memarahi tukang perundung itu. Tapi, ketika aku melihat ke arah Hari ternyata dia terlihat sudah naik pitam.

Sekarang, terlihat perempatan imajiner di dahi Hari, "w-wah.. dia marah, haha! habislah kalian berdua," batinku, sembari kembali menatap kedua anak laki laki itu.

"Hrghhh, keterlaluan!" geram Hari sambil berjalan dengan hentakan kaki tanda dia merasa marah, kearah dua anak laki laki tersebut. Diriku pun mengikutinya sambil berjalan di belakang Hari.

SHINBI'S HOUSE || Shinbi's House X Fem!readersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang