Chapter 2

767 68 0
                                    

"Happy birthday to you ...
happy birthday to you.. 
happy birthday Jayendra sayang..
happy birthday to you..."

"Heh, Jayendra bangun lo!"

Pemuda bernama Jayendra itu perlahan membuka matanya, setelah merasakan tubuhnya yang diguncangkan dengan begitu keras oleh seseorang yang tak tahu siapa. Karena orang itu ada dibelakangnya.

Jayendra masih mengumpulkan nyawanya, sehingga ia hanya menatap poster band 5 Seconds of summer di dinding kamarnya. Ia juga melihat jam yang ada di atas meja belajarnya, sekarang bahkan baru jam dua belas malam. Ia merasa kesal dengan orang yang berani-beraninya mengganggu tidur nyenyaknya. Masalahnya, jika Jayendra sudah bangun dia akan susah tidur lagi.

Saking nyenyaknya, Jayendra tak mendengar nyanyian lagu ulang tahun dari Ibunya, ia bahkan belum sadar jika hari ini sudah memasuki tanggal kelahirannya.

"Jayendranya udah bangun tuh." Suara lembut yang sangat familiar di telinga Jayendra itu, membuat ia hendak bangkit dari posisi tidurnya. Namun ketika akan bergerak seseorang di belakanganya menahan kepala Jayendra untuk tetap menempel pada bantal.

"Selamat ulang tahun Jayendra Jelek!" Pekikkan itu benar-benat terdengar jelas ditelinga Jayendra. Rasanya gendang telinganya juga hampir pecah karena suara yang terdengar sangat dekat dan keras.

Jayendra dengan cepat bangun dari posisi tidurnya, baru ingin melayangkan tangan untuk memukul orang yang sudah hampir merusak pendengarannya. Namun belum sampai menyentuhnya, orang itu sudah kabur  ke balik pundak Ibunya yang tengah berdiri di depannya sembari membawa kue dengan dua lilin yang menyala.

"Arsa jangan jahil begitu! Nanti telinga kakakmu rusak gimana?" Seru Ibunya pada orang yang berada di belakangnya itu, namun beliau masih menyelipkan kekehan kecil disana, tersenyum pada Jayendra yang tengah terpaku setelah mendengar Ibunya itu menyebut nama Adiknya.

Jayendra bisa melihat surai yang menyembul di belakang pundak Ibunya. Jayendra terus memperhatikannya sampai Arsa memunculkan wajahnya dan menempelkan dagunya di pundak Ibu mereka.

"Maaf ya ndra, gue kira lo belum bangun tadi tuh." Arsa mengeluarkan cengiran khasnya yang membuat Jayendra rasanya ingin menangis.

Tatapan Jayendra tak teralihkan dari Arsa meskipun Ibunya sekarang sudah mendatanginya dan duduk diranjang tempat tidurnya.

"Selamat ulang tahun Jayendra, ini tiup lilinnya, Ibu pegel meganginnya hehe."

Lagi-lagi Jayendra menghiraukan ucapan Ibunya, ia terus saja memfokuskan atensinya pada Arsa yang masih berdiri disana, Jayendra sadar jika adiknya itu sudah meninggal beberapa hari yang lalu, meskipun tak yakin tapi Jayendra merasa jika apa yang terjadi sekarang hanyalah mimpi yang memang terasa nyata. Sehingga Jayendra tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu dengan Arsa lagi.

"Ibu aku pengen Arsa." Cairan bening mulai memenuhi mata Jayendra.

"Gak mau ditiup dulu lilinnya?"

Jayendra menggeleng dan Arsa dengan bingungnya mencoba untuk mendekati Jayendra. Merasa was-was juga karena takut ini hanya tipuan belaka yang Jayendra buat, kakaknya itu pasti ingin memukulnya karena sudah bertingkah menyebalkan.

Akhirnya Ibunya itu yang meniup lilinnya, lalu menyimpan kue ulang tahun berasa red velvet yang sudah direquest oleh Jayendra tahun lalu di atas nakas. Beliau juga cukup khawatir pada Jayendra yang bertingkah aneh.

Sekarang Arsa sudah duduk disampingnya. Melihatnya dari dekat membuat air mata Jayendra tumpah. Ia mencoba untuk menyentuh tangan Arsa. Ia bisa memegang tangannya yang terasa hangat. Langsung saja Jayendra memeluk adiknya itu.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang