Chapter 6

454 43 4
                                    

"Jayendra, bangun. Ini Ayah."

Lelaki tampan itu mengeliat sebelum membuka kedua matanya, seperti yang ia dengar sebelumnya, ternyata di sampingnya memang  ada seorang pria yang berjasa dalam hidupnya.

Jayendra mulai melihat kesekelilingnya. Ia masih  di kamar Arsa, tapi kenapa Ayahnya ada disini? Apakah ia sudah kembali ke masa depan?

"Ayah, Arsa mana?" Jayendra mulai duduk.

"Kenapa tiba-tiba nanyain Arsa?" Ayahnya itu malah bertanya balik, membuat Jayendra merasa gelisah.

"Arsa!" Teriak Jayendra memanggil nama adiknya dengan sangat keras. Ia segera turun dari ranjangnya karena masih tidak mendapati Arsa berada disekitarnya, ia terus berteriak memanggil nama adiknya itu. sampai keluar kamarnya di ikuti sang Ayah yang kebingungan.

Ibunya ikut keluar dari dapur dengan spatula ditangannya. Jayendra jarang sekali berteriak di rumah, kalau tidak sedang bertengkar dengan Arsa. Maka dari itu mungkin Ibunya pikir Jayendra memang sedang kesal dengan Arsa.

"Arsa lagi di depan rumah, jangan teriak-teriak. Jangan berantem. Baikan, kamu kan kakak jadi ngalah ya." Tak menghiraukan sepenuhnya yang dikatakan Sang Ibu, Jayendra langsung berlari keluar rumah. Dan rasanya sungguh melegakan ketika melihat keberadaan Arsa di teras rumah sembari bermain dengan kucing.

"Apa? Pagi-pagi udah berisik aja lo" omel Arsa dan Jayendra malah cengengesan.

"Kamu kenapa sih, tiba-tiba nyariin adik kamu?" Tanya Ayahnya, yang mendudukan dirinya di sofa empuk di ruang tamu. Jayendra yang sudah tenang menoleh padanya.

"Pengen aja." Lalu pemuda tampan itu kembali masuk ke dalam rumah, menghampiri sang Ibu yang tengah memasak nasi goreng.

"Ayah dari kapan kesini?" Tanya Jayendra sembari menuangkan air putih kegelasnya yang kemudian ia minum.

"Satu jam-an yang lalu, nganter Arsa pulang," Lalu Ibunya itu menyenggol anak pertamanya. "Kamu kenapa bolos kemarin?" Beliau bertanya kembali sembari menambahkan kecap pada masakannya, Ibunya terlihat fokus dalam memasak namun dari suaranya ketika bertanya tentang bolosnya Jayendra terdengar sangat serius.

Mana ada orang tua yang tak marah, mengetahui jika anaknya nakal dengan bolos ketika sekolah.

"Bosen sekolah terus, bu." Jawab Jayendra iseng. Dan Ibunya hampir saja memukul lengan anaknya itu dengan spatula panasnya. Jika saja Jayendra tak menghindar dia pasti akan tersiksa dengan rasa panas dan perih dikulitnya.

"Ah maafin Ibu," Jayendra malah menggulum senyumnya ketika mendapat permintaan maaf dari sang Ibu setelah beliau hendak memukulnya.

Dari dulu seperti itu, Ibunya tak berani main tangan meskipun anaknya bandel. Ada kalanya kalau sudah kepalang kesal memang hampir kelepasan seperti tadi, beliau terburu sadar sehingga tak jadi memukul Jayendra dan malah balik meminta maaf. Padahal Jayendra sendiri tak masalah jika harus dipukul karena ia juga mengaku salah, karena sudah bolos di jam pelajaran dan mempermalukan Ibunya.

Rasa sakit ditangannya mungkin akan hilang, tapi kalau sampai ada yang bilang, jika Ibunya tak disukai karena dikira kurang memperhatikan anak-anaknya, luka dihati seperti itulah yang malah akan berakar dan lama sembuhnya. Meskipun memang apa yang dikatakan mereka benar tapi ya kalau mendengar ibunya dibenci, Jayendra akan sakit hati dan marah juga.

"Maaf bu. Ada urusan mendadak kemarin jadi aku langsung pergi gitu aja sama Nanda." Jelas Jayendra.

Ibunya mematikan kompornya, sekarang ia menghadap Jayendra sembari melipat tangannya di dada, "itu tuh yang bermasalah, ngapain bolos sambil bawa anak orang. Kalau mau melakukan kesalahan jangan bawa orang lain, nantinya makin ribet urusanmu, ngerti? Minta maaf sama Ayahmu sana. pas kamu tidur dia ngomel terus. "

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang