Chapter 23

195 20 0
                                    

Setelah menelpon Reyan hampir disetiap menit, akhirnya Arsa bisa bertemu dengannya. mereka bertemu di taman bermain komplek rumah Reyan. setelah menunggu selama hampir lima belas menit diatas ayunan, Orang yang Arsa tunggu baru datang dengan langkah lambatnya.

Arsa bangkit dari duduknya dan mencoba untuk memperhatikan Reyan. dari tempatnya ia bisa melihat bagaimana teman satu angkatnya itu berjalan dengan lemahnya, wajahnya pun tampak terlihat pucat, tubuhnya lebih kurus. tentu karena Ibunya yang baru saja meninggal dan minggu ini pun bukan hari-hari yang mudah bagi Reyan. Arsa mendadak menggelengkan kepalanya cepat, di dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri.

Arsa tak boleh merasa bersalah, apa yang terjadi pada Reyan tentu bentuk karma dari apa yang udah dia perbuat. Arsa menemuinya juga bukan untuk meminta maaf, ia datang menemuinya untuk menannyakan keberadaan Ibunya. Arsa tak ingin Ibunya mengalami hal yang buruk, seharusnya cukup Arsa. sesuai dalam perjaniannya dengan Reyan.

"Mana Ibu gue?" Tanya Arsa, dengan suara dingin dan penuh ketegasannya. Soal Ibunya Arsa tak bisa menciut dan lemah.

Reyan yang baru saja tiba didepan Arsa tersenyum miring, kenapa? ada apa dengan senyumannya? kenapa tiba-tiba tersenyum menakutkan seperti itu?

"Ada sama gue."

"ya gue bilang dimana dia sekarang, Anjing! kita kan udah janji, kalo lo ngelampiasin kekesalan lo ke gue aja! Ibu gue gak boleh ikut campur lagi, Ken-"

"tapi abang lo juga ikut campur, Arsa. gue gak akan ngingkarin janji kalo lo sendiri gak memulai semuanya."

Arsa membuang napas beratnya, memejamkan matanya erat sembari menarik rambutnya dengan tak kalah kencang, ia kesal. kesal dengan semua hal. ia pikir pertolongan dari Jayendra itu akan membantunya. tapi Arsa ternyata terlalu bodoh dan terlalu pasrah karena sudah cukup lelah dengan semua hal yang Reyan lakukan padanya. sehingga membiarkan Jayendra membantunya.

"Ya terus gimana? Mau apain Ibu gue sekarang? dimana dia?"

"mungkin gue bakal ngiris tangan ibu lo, sama seperti apa yang Ibu gue lakuin ke dirinya sendiri. terus mati. ditempat yang sama."

Langsung saja Arsa menerjang Reyan dengan tatapan tajamnya yang menusuk begitupun kedua tangannya yang mencengkram kerah Jaket milik Reyan.

"kalo lo sampe sedikit pun nyentuh dia. gue juga bakal ngelakuin hal buruk ke lo. bukan gue yang mati ditangan lo tapi lo yang mati ditangan gue."

Reyan mengeluarkan tawanya, seolah apa yang dikatakan Arsa itu adalah kebohongan lucu, seolah ancaman itu lebih terdengar seperti candaan. tentu, karena Reyan tahu jika Arsa tak akan mampu sampai melakukan hal kotor seperti itu.

"Sa, Lo harus tahu. lagi-lagi keluarga lo yang bikin gue hancur. Ibu lo, kemarin Ibu lo dateng ke rumah gue, bicara sama Ayah gue. mereka ngobrolin soal gue sama lo. Ibu lo ngecaci maki gue tanpa sadar kalo gue gini juga gara-gara dia. Ibu gue yang tahu kalo Ibu jalang lo itu datang, "

Arsa mendorong tubuh Reyan selagi melepaskan cengkramannya, Arsa menunjuk Reyan, "jangan asal ngomong lo. Ibu gue itu gak seperti apa yang lo pikirin. Ayah lo itu yang busuk."

"terserah apapun itu, tapi Arsa. Intinya kedatangan Ibu lo itu bener-bener bikin Ibu gue frustasi apalagi ngeliat gimana mata Ayah gue ketika ngeliat Ibu lo. dia udah kesiska sama video viral yang Kakak lo itu rencanain dan di kirim ke internet. dia ngebenci gue disisa hidupnya karena abang lo itu! dia benci sama Ibu lo karena dia bikin Ayah gue berpaling terus akhirnya ibu gue memilih buat mengakhiri hidup juga gara-gara kalian semua. keluaga Lo, sa. yang bikin Ibu gue ngerasa sesak napas dari hari ke hari!"

Reyan mulai mengeluarkan segala emosinya, dia memekik diakhir perkataannya, tentu dia kewalahan dengan segala emosi yang tengah ia rasakan. kehilangan seorang Ibu tentu saja membuat Reyan merasa buruk, seolah merasa kehilangan harapan untuk hidup apalagi Ayahnya yang menjadi salah satu penyebab kenapa Ibunya merasa putus asa dan memilih mengakhiri hidupnya sendiri.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang