Chapter 22

193 18 2
                                    

Pada Akhirnya bahkan sebelum Jayendra dan Arsa bisa menemui Saka, mereka sudah pulang duluan karena Jayendra yang tak enak badan. Karena badan kakaknya itu dirasa sangat lemas Arsa yang mengendarai motornya. namun keduanya tak banyak bicara dalam perjalanan menuju rumahnya tentu karena pikiran dan perasaan keduanya tengah kacau.

Sampai dirumah pun mereka tetap membungkam mulutnya. Jayendra masuk kedalam kamarnya dan langsung merebahkan  badannya di kasur empuknya itu, Sedangkan Arsa memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum istirahat.

Jarum jam dinding sudah menunjukan pukul dua belas malam. Meskipum badannya lelah dan kepalanya pusing Jayendra tak bisa begitu saja terlelap. Matanya masih terbuka menatap dinding kamarnya. Ia terus memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Arsa. dari apa yang sudah terjadi ini adalah hal paling penting.

Jayendra pikir dirinya sudah menang, ia pikir Arsa sudah benar-benar bebas.  ia pikir Reyan dan Bara sudah kalah telak sehingga memilih untuk menghilang. tapi ternyata diam-diam mungkin mereka sudah merencanakan sesuatu. mungkin memang Jayendra yang terlalu naif. ia merasa semua rencananya berjalan dengan baik, ia menyesal sudah membawa Saka kedalam masalahnya dan membuatnya menerima pembalasan dari Bara yang seharusnya Jayendra dapatkan.

Namun apakah memang Jayendra tak bisa mengubah apapun? apa ia dibawa kembali kemasalalu hanya untuk mengetahui bagaimana masalah Arsa dan untuk melihat bagaimana adiknya itu mati? Apa memang Jayendra tak bisa mengubah apapun? apa di masa depan Jayendra tetap akan kehilangan Arsa?

sial, memikirkan itu membuatnya menangis lagi.

Tak lama dari itu pintu kamar Jayendra terbuka. cepat-cepat Jayendra menghapus buliran air matanya lalu menutup matanya, ia memang tengah tidur menyamping memunggungi adiknya yang terdengar  berjalan kearahnya lalu ikut menidurkan tubuhnya disamping kakaknya.

Jayendra kembali membuka matanya namun tetap dengan posisinya, Jayendra bisa mendengarkan setiap helaan napas Arsa. Sampai kapan ia masih bisa mendengar suara napasnya? ia sudah terlanjur sangat putus asa sekarang. mungkin tiga atau dua hari lagi adiknya itu akan terjatuh dari lantai lima sekolahnya seperti yang terjadi di masa depan.

Jadi Jayendra ingin memanfaatkan momen kebersamaannya dengan Arsa. ia ingin mengingat setiap gerak badannya, bagaimana dia tersenyum dan tertawa, bagimana dia makan, bagaimana suaranya ketika marah, menangis, bersemangat. Jayendra ingin menyimpan semua kedalam memori kepalanya.

biarkan ia melakukan itu besok, sekarang Jayendra sudah terlalu rapuh dengan apa yang ia ketahui. ia tak kuat meskipun hanya untuk meratapi wajah adik manisnya itu. ia tak ingin Arsa melihatnya hancur, tugas Jayendra di dunia ini menjadi tameng Arsa dan jika Jayendra melemah bagaimana ia bisa melindungi Arsa. mungkin sekarang Jayendra memang butuh istirahat. meskipun dalam lubuk hatinya ia tak yakin bisa bertahan dan berlagak kuat dengan menyembunyikan rasa takutnya diesok hari.

"Jayendra lo udah tidur?" Arsa mulai bersuara.

Namun Jayendra masih diam.

"serius udah tidur?" Arsa mulai duduk, mendekatkan wajahnya pada kakaknya yang berusaha untuk memejamkan matanya.

"padahal minum obat dulu, lo kan lagi sakit. Kalo Ibu tahu gue yang dimarahin karena gak merhatiin lo." Arsa menggerutu. Jayendra pikir Arsa akan menyuruhnya untuk bangun namun Adiknya itu kembali berbaring disampingnya kali ini Arsa begitu dekat dengannya sampai tangannya menyentuh punggung Jayendra.

Jayendra bisa merasakan hangat tubuhnya, Arsa masih hidup. ia harap adiknya itu akan selalu hidup.

"Gue takut banget sama hari-hari besok. kak Jayendra, kalo gue mati besok dan kalo malam ini adalah malam terakhir bagi gue bisa ngomong sama lo, gue pengen bilang kalo gue sayang banget sama lo. gue seneng jadi adik lo meskipun lo kadang cuek sama gue tapi kali ini, makasih udah ngebuktiin kalo lo juga sebegitu sayangnya sama gue. lo bantuin gue buat bisa terbebas dari jeratan Reyan meskipun gak lama. tapi tetep gue mau berterima kasih buat semuanya."

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang