Chapter 13 ⚠

393 35 2
                                    


"Lo serius gak inget sesuatu tentang adik gue?" Tanya Jayendra pada Nanda yang merasa kesal karena temannya itu terus menanyakan hal yang sama.

"Enggak. Lo jarang banget nyeritain soal adik lo, gue ketemu aja jarang banget. Terakhir mungkin satu tahun yang lalu. Kenapa sih? Terus Alden, Reyan sama Bara siapa? Sumpah gue gak kenal."

Jayendra melihat Nanda kembali duduk santai dikursinya, sembari memainkan ponselnya dan menikmati ice cream yang ia beli di mini market.

Saat ini mereka tengah berada di ruang rawat Jayendra. Pemuda itu dibawa ke rumah sakit karena pingsan di tempat pemakaman umum, tak jauh dari rumah terakhir Arsa. Adiknya yang sudah meninggal.

Katanya Jayendra kecapean dan kurang cairan sehingga bisa menyebabkan dirinya pingsan. Namun hal itu justru menguntungkan bagi Jayendra karena dirinya bisa kembali ke masa lalu. Sialnya, Jayendra tak bisa memanfaatkannya dengan baik.

Ia pikir dirinya akan diberi kesempatan untuk mencari kejanggalan dari kematian adiknya dalam waktu lama. Namun ternyata sesingkat itu, kenangan terakhirnya bahkan tak begitu indah. Ralat, tidak indah sama sekali karena diwaktu terakhir itu mereka malah bertengkar.

Rasanya sia-sia karena Jayendra bahkan tak bisa menyelamatkan adiknya dari kematiannya yang mengharukan itu. Nanda sendiri tak merasa sudah mengetahui soal masalah Arsa. Jika  sahabatnya itu sendiri begitu, bagaimana dengan Saka, Reyan, Alden dan Bara?

Ia merasa tak ada perubahan dimasa depannya ini meskipun dirinya melakukan pergerakan besar untuk membalas dendam pada orang yang membully adiknya itu. Ia merasa, meskipun kembali ke masalalu apa gunanya juga.

Jayendra memang sudah mengetahui masalah Arsa yang sebenarnya tapi rasanya semua itu tak cukup, ia ingin melakukan hal lebih untuk adiknya.

"Eh sebentar."

Gumaman Nanda terdengar jelas oleh Jayendra yang tengah melamun dan memainkan bubur, sebagai makanan pertamanya. Ngomong-mgomong. Sekarang orang tua Jayendra tengah keluar untuk mencari makan sehingga mereka meminta Nanda yang masih betah dirumah sakit ini untuk menjaga Jayendra dulu.

"Gue rasa, gue gak pernah ngambil foto ini?" Nanda bangkit dan menunjukan layar ponselnya pada Jayendra. Disana pemuda itu bisa melihat bunga mawar merah yang mekar, Jayendra merasa pernah melihatnya , ia juga melihat bagaiamana Nanda mempotretnya.

"Lo pernah liat bunga ini juga?" Tanya Nanda.

Setelah berpikir lebih dalam, Jayendra ingat jika foto itu diambil pagi hari, sebelum Jayendra berangkat ke ruko itu dan berakhir dipukuli!? Jayendra segera mengambil ponsel itu dari tangan Nanda. Melihat tanggal dan waktu Nanda memotretnya dan ternyata benar foto itu diambil dihari yang sama.

Mungkin Nanda tak bisa mengingatnnya tapi ponsel pintar ini bisa menyimpan data, sial! Jayendra sadar selama ini dia terlalu gegabah! Seharusnya ia mengumpulkan bukti juga tentang orang-orang yang menjadi penyebab adiknya meninggal.

Jayendra penasaran dengan kehidupan ketiga orang itu. Reyan, Alden dan Bara. Bagaiaman kehidupannya sekarang setelah adiknya meninggal. Apa mereka merasa senang dan lega?

"Antar gue ke sekolah Arsa." Jayendra memberikan ponsel itu pada pemiliknya lalu  meletakan nampan berisi makanannya di nakas samping ranjang ruang rawatnya. Nanda bereriak panik ketika melihat kawannya melepas inpusan yang menempel di punggung tangannya, sampai darahnya keluar. Jayendra meringis karena memang sakit. Ia menariknya terlalu kencang.

Nanda cepat-cepat memgang tangan Jayendra yang mengeluarkan darah jtu, "lo gila!? Lo belum bisa pulang dan ini ... lo main nyabut inpusan. Tangan lo gimana ini?" Gerutu Nanda yang kalang kabut. Hendak pergi memanggil suster namun Jayendra terburu memegang jaketnya.

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang