Chapter 20

230 17 1
                                    

Jayendra saat ini tengah berada di depan mini market. malam ini Jayendra, Arsa juga Saka akan main kerumah Nanda dan Arsa meminta untuk berhenti di mini market dulu untuk membeli beberapa cemilan sesuai perintah Nanda karena dirumahnya sudah kehabisan stok makanan ringan.

Beberapa hari ini kehidupan Jayendra dan Arsa begitu tenang. Adiknya itu sekarang terlihat lebih ceria. kata Saka juga begitu karena Reyan dan Bara yang masih belum masuk sekolah lalu Alden juga tak pernah terlihat mendekati Arsa.

sembari tersenyum Jayendra berpikir jika dirinya sudah menang. Arsa pasti akan tetap hidup di masa depan juga kan? meskipun Jayendra tak pernah tahu kapan dirinya akan kembali  ke masa depan. Jayendra merasa jika  kehiduapnnya berjalan dengan baik karena ia pikir dirinya sudah menyelamatkan Arsa sehingga dia sempat melupakan hari kematian Arsa di masa depan, jika dihitung dari sekarang mungkin empat hari lagi.

Jayendra masih berusaha untuk berpikir postif karena sekarang pun Reyan dan bara tidak memunculkan batang hidungnya, mungkin mereka tenggelam dimakan bumi sekarang. lalu jika begitu bukankah Arsa juga tak akan jatuh dari lantai lima sekolahnya?

Meskipun begitu dalam lubuk hati jayendra ia juga masih merasa tak tenang. karena ia juga sebetulnya merasa aneh, apa mereka akan padam hanya dengan sekali gertakan seperti ini? memang tak seharusnya Jayendra berpikir begitu tapi Jayendra tak bisa menyangkalnya. waktu itu ketika Jayendra memukuli bahkan mematahkan tangan bara, pemuda itu juga langsung membalasnya. bukannya menantang tapi rasanya sekarang janggal juga.

Jayendra mendesah karena adiknya belum keluar juga, ia tak tahu sebenarnya seberapa banyak makanan yang dia beli. Jayendra melihat layar ponselnya yang dimana disana ada notifikasi, Saka mengirimnya pesan yang mengatakan jika dirinya sekarang akan berangkat kerumah Nanda dari rumah pamannya. Jayendra tak membalasnya karena ia terburu melihat seseorang yang baru saja memarkirkan motornya tepat di depan Jayendra.

kedua mata pemuda itu bertemu setelah Alden membuka Helmnya. tatapannya sama datarnya. sampai Alden turun dari motornya dan mendekat pada Jayendra, memukul mundur tubuh kakak dari arsa itu dengan helmnya.

"puas lo?" ujar pemuda itu.

"puas. kenapa mau marah-marah lo? mau mukulin gue atau adek gue? gak bisa ya, gue gak bakalan ngebiarin adik gue disentuh sedikitpun sama lo."

Alden hanya mendecih, "Gue gak pernah tertarik sama yang namanya balas dendam. gue cuma percaya sama Karma. gue gak mau ngotorin tangan gue buat hal-hal buruk kayak gitu."

Jayendra tertawa sangat keras sekali meskipun terdengar hampa tapi menurutnya apa yang dikatakan Alden lucu sekaligus aneh karena keluar dari mulutnya.

"Lo amnesia apa gimana? Lo lupa sama apa yang dilakuin tangan lo ke adek gue?"

Belum sempat Alden membuka suara, Arsa hadir diantara mereka dengan kresek besar yang berisi makanan ringan sesuai pesanan Nanda. "Loh, Kak Alden." Seru pemuda itu dengan canggung namun si pemilik nama itu hanya diam, membuat Arsa semakin tak enak hati.

"Kak Alden maaf soal Video itu."

Mata Jayendea melotot seraya menoleh pada Adiknya. mengapa malah Arsa yang meminta maaf bukannya si Alden ini? tapi memang Aneh, dari awal Arsa selalu minta untuk tidak mempermasalahkan Alden yang juga ada dalam video itu. Arsa tak peduli ucapan minta maaf dari kakak kelasnya itu, Arsa hanya ingin membebaskan Alden tanpa mengatakan alasannya.

"kok lo malah minta maaf sama dia, Sa? Lo yang jadi korban."

Namun Arsa tak mendengarkan, " Ibu lo gimana, kak?"

"lo tahu gimana viralnya video itu, salah satu penunggu pasien yang satu kamar rawat sama ibu gue, tiba-tiba julitin gue yang lagi nungguin ibu gue dan dari sana dia tahu video itu. ya mungkin karena hal itu ngebebanin pikirannya dia jadi ngedrop. tapi sekarang udah membaik."

Second chance | Jenric AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang