💀XXX💀

726 90 15
                                    

+Reader POV+

"Nervous?"

"A little bit"

Meski aku sudah dengar kalau kelusrga Simon sudah tiada entah kenapa tetap gugup rasanya.

Aku sudah bisa memakai kaki palsuku dengan baik.

Tinggal dimodifikasi suatu saat hehe.

Musim berganti.

Salju sudah mulai menumpuk di kota.

Hari turun salju di siang hari.

"Watch your step"

"So..."

"Yes, they are here"

Graveyard...

Simon yang memimpin jalannya, memanduku ke tempat keluarganya.

Tidak banyak orang yang berkunjung hanya sekedar melihat makam orang yang meninggal saat bersalju begini.

Kapan terakhir kali aku ke makam begini ya?

Saat bibiku tidak ada sepertinya.

"We are here"

Aku menatap nisan yang bertuliskan nama keluarga "Riley" dan di sana tidak hanya satu nama.

Dadaku terasa sesak sesaat.

"[Y/n], this is all my family"

"Nice to meet you...i will take care of him, don't worry"

Tidak aku sangka Simon...kehilangan mereka sejak lama.

Kesepian apa yang dia lalui sampai sekarang?

Captain Price memberitahuku, bahkan di profilnya di militer tidak ada foto dan cukup misterius.

Aku berdoa untuk mereka.

Dalam hati aku menceritakan segalanya dengan ringkas.

"We back?"

Aku hanya mengangguk dan mengikutinya kembali ke mobil.

Cuaca semakin dingin.

Hidungku mulai dingin tanda suhu dingin mulai meningkat.

Begitu masuk mobil rasanya tubuhku mulai hangat perlahan.

Andai kaki palsuku sudah kumodifikasi, aku akan pasang penghangat otomatis.

"My little brother is always pranking me"

"He did? Bukannya biasanya kakak ya yang mengganggu adiknya?"

Contoh saja Marticia, dia selalu menggangguku saat kecil.

Tapi aku bisa membalasnya, hehe.

"Aku pernah bilang kalau aku penakut bukan?"

"Ya, aku kira kau berkata begitu hanya karena ingin menghiburku"

"No, it's true"

Sorry! I didn't know!

"Dia yang menakut-nakutiku sejak dulu, aku masuk ke militer untuk mengatasi ketakutanku", dia melepas topengnya. "Ini salah satu bentuk ketakutanku"

"Skeleton?"

"Aku memakainya seperti medali kalau aku bisa mengatasi ketakutanku. Can you help me remove this darling?"

Aku mengeluarkan tisu wajah yang sudah kubasahi sedikit.

"Tidak hanya itu, karena aku pneakut adikku terus menakutiku dengan segala cara. Tapi saat aku pulang..."

"Simon, kau tidak--"

Right TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang