💀XXVII💀

622 98 3
                                    

+Author POV+

"Isn't your fault"

"I can't protect her..."

Suram.

Suasana suram yang tidak disukai banyak orang.

"Kau sudah berusaha"

"Me? I didn't do anything sergeant"

"She will be okay"

"What if is getting wrost?"

Kali ini sang rekan tidak bisa menenangkan patnernya.

"Ghost...did you believe her?"

"I am, what a stupid question Johnny"

"Then why you so uhm...fucking stupid like chicken now?"

Soap berhasil membuat Ghost kesal disela kesedihannya.

"You know, she is very strong right? And i know she will be okay and say hi like a sunshine as always", Soap kalang kabut. "Am i make you upset now?"

"Obviously, as always"

"I just wanna say...don't worry about her lt"

Ghost menghela nafas. "You suck"

"Thank you? Haha"

Hening seketika memenuhi tempat tersebut.

Camp darurat untuk evakuasi warga yang selamat.

Kota tersebut telah diambil alih teroris.

"Well, duty call so...Captain Price need you in", Soap meninggalkan Ghost sendiri.

"Johnny, thank you"

Soap berhenti dan membalikkan badan.

"Kau payah dalam hal menghibur orang, tapi terima kasih"

"Your welcome sir"

Soap berpapasan dengan dengan seorang wanita yaitu kakak dari kekasih patnernya itu.

"Riley!"

Ghost berdiri dari duduknya.

"Oh, God...", Marticia tak kuasa melihat adiknya yang sedang ditangani medis.

"I'm sorry...i can't protect her"

"No, that is not true Riley...thank you for saving her, you always protect her"

💀👻💀

+Marticia POV+

Aku ada di sini karena mengikuti suamiku bertugas.

Kejadian di kota tidak bisa diprediksi.

Aku berhasil sampai sini berkat suamiku dan rekan-rekan adikku.

A

dik kecilku yang pemberani.

"Sejak kecil kami bertolak belakang", aku sengaja mematikan alat bantu dengan anakku.

Agar dia tidak mendengar suara ledakan dan tembakan yang nantinya akan membuatnya trauma.

Anakku terlahir tunarungu.

"Orang bilang, aku seperti tuan putri sedang adikku seperti prajurit pemberani. Apa dia pernah bilang kalau aku populer sejak sekolah dan primadona sekolah?"

Riley mengangguk, sudah kuduga dia cerita begitu.

"Mungkin iya, tapi sebenarnya adikku yang paling populer"

Ah, ini pertama kalinya aku melihat wajah aslinya.

Tidak terlalu ekspresif ya.

"Aku hanya populer sebagai queen prom sedang adikku itu selalu membawa pulang piala lomba sains, teknologi, olahraga, dan banyak sekali sampai aku lupa apa saja"

Aku iri dengan adikku yang begitu tapi dia malah iri padaku yang hanya bisa bersolek.

"Saat kami diculik, waktu itu kami sedang ikut kemah musim panas yang ternyata hanya kedok untuk menjual anak-anak"

"Iran"

Adikku sudah cerita ya.

"Disaat aku hanya bisa menangis dan merengek, dia menggunakan otaknya untuk bisa menyelamatkan kami. Dia bilang, manusia akan melakukan apapun untuk hidup. Dengan otaknya meski takut, dia bisa melihat situasi, membuat benda apapun jadi senjata, dan memilah makanan. Dia bilang belajar dari kemah musim panas sebelumnya, aku tidak pernah ikut sih"

Aku dulu sangat payah.

Ah, aku pernah jadi semenyebalkan itu kalua diingat.

"Aku tidak tahu kemah musim panas apa yang dia ikuti, tapi pengetahuannya itu berguna untuk kami waktu itu. Saat itu, general yang mengkhianatinya saat ini dan Nikolai yang menyelamatkannya"

"Maybe that time..."

"Mimpinya ingin masuk militer ada? Memang benar, orang tua kami melarang terutama ayah. Tapi aku mendukungnya"

She never give up.

Hah, waktu itu benar-benar pertengkaran orang tua dan anak yang sangat hebat.

"Ah, Valerie sayang tahu ya ada paman Riley"

"May i?"

"Sure"

Anakku sepertinya peka mana orang baik dan tidak ya.

Jarang sekali dia mau digendong orang asing.

"She deaf"

Riley sepertinya baru tahu kalau anakku tunarungu.

"Tapi aku harap anakku ini tumbuh dengan rasa berani dan percaya diri"

"She--"

"Just like her aunty"

Aku tahu apa yang dirasakan Riley.

Rasa putus asa dan kesedihan mendalam.

Aku tahu pekerjaan suamiku berbahaya dan mau tidak mau aku harus siap dalam hal apapun yang menyangkut dirinya.

Termasuk adikku.

Aku harus siap dalam menerima apapun darikedua orang tersebut.

Hal baik maupun buruk.

"And strong like her uncle"

Riley menatapku dengan bingung.

"Kau pikir aku tidak tahu isi kotak kecil itu? I have a family, remember? Aku lebih berpengalaman dari kalian berdua, hihi"

"Apa aku bisa membahagiakannya?"

"Aku yakin bisa, karena adikku telah memilihmu dan terima kasih sudah memilih adikku"

"Am i good enough for her?"

"Absolutely, right Valerie?", anakku tertawa dan tersenyum pada pria ini. "See? She agreed"

Aku yakin kau pria terbaik diantara yang terbaik untuk adikku.

Yah meski adikku itu tidak sepertiku yang memiliki banyak mantan, ups?

Riley pacar pertamanya dan aku harap juga yang terakhir.

Haha, aku membaca surat adikku juga saat membicarakan pria ini begitu berbeda dari sifatnya yang biasanya.

Sangat lucu dan manis.

"You are big guy but have a soft heart", aku tidak menyangka kalau dia akan menangis.

"I will make her a happier person in this world...i promise"

"Take care of her, Riley"


Right TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang