Karena kejadian tadi, tampaknya Sunghoon mulai membuka hati untuk memulai pertemanan dengan anak ini.
Setelah percakapan tadi, pria itu ngajakin Sunoo makan siang diluar sekolah. Kebetulan setelah istirahat ada pembinaan, makanya Sunghoon berani mengajak keluar karena tahu kelas pasti jamkos.
Itung-itung terimakasih karena udah ditolong tadi. Satu plester aja berarti, yang paling penting ada yang perduliin. Soalnya di sekolah Sunghoon ga punya teman :')
Sebelum pergi ke tempat makan, mereka mampir ke apotek untuk membeli salep luka
Sunoo saranin beli obat dalem juga. Pereda rasa nyeri sama antibiotik. Tapi Sunghoon nolak keras, alhasil cuma salep doang.
. . .
Sesampainya di kedai makan, manager muda itu mesan lumayan banyak makanan. Sunoo sampai dibuat melongo mendengarnya bicara dengan pelayan. Mereka kan cuma berdua tapi makanan yang di pesan bisa untuk 5 orang sekaligus.
Ga banyak bicara, anak itu udah di teraktir aja cukup bersyukur.
"Baik, mohon tunggu sebentar"-pelayan
Sepersekian menit setelah pelayan pergi, keduanya saling diam.
Okay, suasana kian akward,-
Emang dasarnya mereka jarang mengobrol. Jadi waktu Sunoo mau mulai duluan, pasti lewatin beberapa saat hening-heningan dulu.
"Salepnya dipake kak, jangan di kantongin mulu. Nanti lukanya ga sembuh-sembuh kalo gitu" ujar Sunoo memecah hening.
"Em, nanti dirumah"
"Kak,-"
Ck, sifat lain dari Sunghoon ini. Keras kepala ternyata.
Merasa omongnya ga akan guna, Sunoo berjalan kesamping Sunghoon dan duduk di kuris yang tersedia disana. Tangannya dengan lancang mengambil salep yang tersimpan di saku dalam kemeja Sunghoon.
Sebenernya Sunoo ga sadar, soalnya apa yang ada di pikirannya cuma; bantu olesin salep, terus balik lagi ke bangkunya.
Simple,
"Hey,-"
Rasanya sama-sama percuma bagi Sunghoon buat henti anak ini. Sudahlah, cuma bantu mengoles doang.
"Kalo perih teriak aja gapapa, beneran. Tapi kalo kakak ga malu sih itu juga, hehe.. Sunoo pelan-pelan kok"
Sunghoon hanya melirik sambil. Menggeleng kecil, frustasi.
Anak itu mulai mengoles dibagian pipi, dengan amat hati-hati. Supaya managernya ini ga ngerasa kesakitan. Bibirnya juga niupin luka yang dioles salep dengan lembut.
Karena perlakuan itu pemuda Sunghoon secara alami mandang wajah pemuda yang notabene lebih pendek darinya itu, sampai dibuat agak nunduk buat sekedar mandangin.
Wajahnya masih tanpa ekspresi seperti biasa.
Sedang empunya wajah terus fokus ama agak dongak untuk sekedar mengoles salep di wajah Sunghoon.
"Oh iya kak, waktu itu...., Kalo boleh tau kakak dari mana sih? Kok pake baju serba item" ujar Sunoo sambil menutup tub salep.
Karena perkataan itu juga, pandangan pemuda Park berpaling kearah lain. Soalnya Sunoo sadar dia di liatin,
"Saya melayat, memangnya apa lagi. Dimana-mana orang yang pake baju hitam hitam itu pasti melayat"
Bener juga, kenapa Sunoo waktu itu mikir aneh-aneh ya
"Iya juga.. eumm, memang siapa yang meninggal?"
Sunghoon menghela nafasnya sebelum menjawab. "Tunangan,-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Want the Best Part [SungSun] ✔️
Fanfiction"Mau gimana pun aku sama kamu harus jadi kita" Berjuang dibawah kekangan janji yang terucap bukanlah perkara mudah. Pasalnya Sungsun harus menghadapi pilihan sulit yang melibatkan antara 'janji' dan 'cinta' mereka. Yang mana yang akan dipilih ?, Dan...