Warning!
Cerita ini mengandung muatan kata kasar dan kekerasan. Mohon bijak sebagai pembaca.
Satu bulan silam semenjak pertemuan terakhir. Sunghoon belum kunjung dapat telepon atau sekedar kabar dari seorang Kim Sunoo. Namanya seakan dilupakan oleh orang-orang terdekatnya saat ditanyai.Pemuda itu gusar, sampai janji buat ga cari anak itu dia langgar. Dengan frustasi terus gali informasi sebisanya. Padahal Sunoo bilang cuma beberapa hari, tapi nyatanya berpuluh hari terlewat masih belum ada kabar. Mau gimana Sunghoon ga kalang kabut kalo gini caranya. Ditelepon aja nomornya udah ga aktif anak itu.
Pilihan terakhir tuk cari informasi cuma satu. Datang ke kediaman keluarga Kim.
Kaki jenjangnya udah menapak diambang pintu gerbang setelah sebelumnya memukuli beberapa satpam yang menghadang masuk. Padahal kelima satpam itu profesional, tapi dengan mudah dikalahkan seorang Park Sunghoon bersama amarahnya.
Memar di wajah yang udah mulai terbiasa dirasa itu bukan penghalang buat terus maju
"KIM SUNOO !!!" teriak yang setengah serak berhasil mengundang tuan besar keluar dari kediaman. Tersenyum getir melihat keadaan pemuda yang memperjuangkan cintanya itu. Persis seperti dirinya dulu, saat memperjuangkan istri barunya, hwang. Sebelum dijodohkan oleh ibunda Sunoo.
"Tidak punya etika, sampai buat keributan di rumah orang?" Tatapan nyalang Sunghoon langsung terarah padanya. Dibalas dengan senyuman picik pria paruh baya itu.
"Dimana Sunoo, tuan. Kemana Sunoo pindah sekolah," tuan Kim berdecih, melihat orangnya mendekat pada anak muda langsung menyergapnya sampai tiarap
Grab
"Ukhhh !"
Tuan rumah mendekat, menodongkan tongkat bantu jalannya tepat di jidat Sunghoon yang diapit tanah dan kaki yang menginjak punggung bidangnya miliknya.
Sruk!
Mendaratnya tapak tongkat itu di depan wajah pemuda Park hingga sedikit tertancap di tanah ga buat pria itu urung menatap nyalang keatas.
"Sudah saya bilang jauhi anak saya. Dia sudah dijodohkan,"
"buta sampai abai sama surat-surat yang saya kirim ?!!" Tangan Sunghoon segera di sekap kebelakang
Selama ini emang GPC sering dikirim surat beramplop hitam pekat, surat ancaman dari tuan Kim. Semuanya cuma di kumpulin di laci ruangannya, ga ada yang tahu selain dirinya sendiri.
"Saya tulus tuan. Apapun akan saya lakukan untuk anak anda, apapun" air matanya mulai mengalir tanpa suara melainkan tatapan yang kian redup, suara kian merendah.
Kembali berdecih, tongkatnya mendarat kasar pada kening paripurna seorang Park. Kemudian menyasar rahang tegas itu juga. Sunghoon pasrah tanpa berontak, setulus itu rasa terlarangnya ini walau memar saja sudah cukup menyakitkan.
"Anak ku Sunoo dikirim ke luar negeri, studinya akan dilanjut disana lalu kemudian langsung menikah. Menyerah nak, apapun yang terjadi saya tidak akan merestui. Dia sudah dipilih dan harus memilih satu pilihan." Tutur pria paruh baya menghancurkan hatinya berkeping-keping. Inikah yang dinamakan karma? Membayar karma untuk membantah ayahnya dulu.
Tapi kali ini Sunghoon benar-benar tidak menginginkan yang lain selain Sunoo. Sungguh, hatinya kalut dan terasa benar-benar mati akan kenyataan yang terikat sumpah ini.
"Biar saya temui Sunoo sekali lagi saja tuan !! Saya janji itu yang terakhir—" tangis pecah hingga tersedu-sedu tak membuat pria berstatus ayah Sunoo goyah atau luluh.
"Sunoo harus punya kesedihan yang sama, seperti saya dulu."
Tongkat mengayun terarah mendekat. Bak sedang bermain golf, tongkat itu menyasar kepala Sunghoon yang terpaksa membuatnya pingsan seketika.
Bukhhh!
.
.
Sunghoon terbangun, merasakan sakit di sekujur tubuh yang terbaring diantara tumpukan sampah entah berantah. Melihat lengan kemejanya terbakar diujung sana, kontan ditarik dan dipadamkan. Maksa dirinya berdiri karena api makin menjalar ke kantung sampah yang lain.
"ARRGHHH SIALL !!!!" Habis sudah kesabaran seorang Park. Cobaan yang menimpa dirinya seperti mengantri, bergilir.
"Uhuk uhuk... pantas Sunoo kabur,"
Tubuh yang remuk itu ia stabilkan berdiri, lalu kembali berteriak diantara lahan kosong pembuangan sampah yang ia injak. Setengah gila. Kewarasannya terus diuji belakangan ini.
"AAAAAARRRRGH......!!!!"
Sakit hatinya. Tuhan ga pernah berpihak membela dia, mengijinkan dia sama orang yang Sunghoon cinta. Sejuta dendam pada sang pencipta diutarakan dalam lubuk nya yang terdalam.
Tanpa peduli keadaan, Sunghoon ga langsung pulang walau sempoyongan. Tangannya menggupai taksi, udah ada tujuan yang langsung diutarakan ke supir.
.
Pria itu menangis lagi, merutuki nasibnya yang penat bener pahit. Di depan sang ayah dengan segala alat medisnya. Sunghoon terima semua dengan menyedihkan.
Tapi bagaimanapun ada beberapa hal di dunia yang masih bergantung padanya
Sunghoon masih punya kehidupan. Akan dia coba dengan calon istrinya, ga semudah itu bisa sayang sampai cinta sama seseorang. Ga semudah yang Sunoo lakuin ke dirinya.
Lelaki cantik itu berbeda, dengan segala aura positif, rasa nyaman, tingkah gemas dan manis— ga ada tandingannya.
Tapi tetap saja, Sunghoon pria sejati. Janji tetaplah janji
"Sekali lagi, ayah. Aku akan tepati janji itu" ujarnya dengan suara samar gemetar karena menangis.
TBC
Kiww double up, kasih aku notip dong 😆
Tamatin ga ya
Nanti mungkin ada beberapa chap spesial, ceritain tentang side story. Siapa tau kan ada yang penasaran sama sisi pandang yg lain, per-chara.
XOXO BESTiE
KAMU SEDANG MEMBACA
Want the Best Part [SungSun] ✔️
Fanfiction"Mau gimana pun aku sama kamu harus jadi kita" Berjuang dibawah kekangan janji yang terucap bukanlah perkara mudah. Pasalnya Sungsun harus menghadapi pilihan sulit yang melibatkan antara 'janji' dan 'cinta' mereka. Yang mana yang akan dipilih ?, Dan...