Malam ini Sunoo pergi main ke rumah Jungwon karena memang hari libur kerja.
Berselang beberapa hari dari kejadian dipukuli, Sunghoon jadi mendapat banyak ancaman. Rasanya seperti sedang ditargetkan oleh banyak musuh.
Mulai dari loker yang dibobol dan diisi tikus-tikus mati, sampai motor kesayangannya yang di coret-coret dengan kata ga pantas.
Sunghoon ga ambil pusing, selama masih bisa diperbaiki sendiri kenapa harus melibatkan orang lain. Sunoo juga tak tahu menahu soal hal ini. Kalaupun tahu, pasti dia yang akan ambil langkah buat laporin semua ke instansi sekolah. Ga mungkin dong diem aja, kala teman nya di intimidasi.
Malam ini juga manager muda itu sedang berkunjung ke rumah utamanya. Nengok keadaan tuan park yang sedang sakit keras. Sudah lama semenjak terakhir kali pria itu berkunjung, waktu awal semester lalu.
"Ayah jangan khawatir. Sekarang yang harus ayah pikirkan itu sembuh. Aku janji, apapun perintah ayah, akan ku sanggupi"
Bisa dilihat, pemuda itu sangat menaruh hormat dan abdinya pada sang ayah. Apapun keputusan ayahnya adalah mutlak, dan pasti yang terbaik.
Pernah sekali ia membantah, untuk bertunangan dengan mendiang wanita itu. Nyatanya itu memang salah, dan Sunghoon sangat menyesal akan hal itu.
Karena wanita itu juga, ayahnya jadi sakit seperti ini akibat Sunghoon yang membantah memicu shock jantungnya.
Tidak ada respon dari sang ayah, benar. Ayahnya koma dan tak bisa melakukan respon sekecil apapun. Sunghoon hanya mengobrol sendiri dengan suara alat-alat medis yang menjawabnya. Walaupun begitu ia tetap saja berbicara, kata dokter dapat merangsang syaraf ayahnya supaya dapat segera sadar.
Setelah beberapa kejadian ia ceritakan, tentang ia yang menolong pemuda malang bermarga Kim hingga membahas satu dan lain hal tetapi tidak termasuk apa yang menimpanya di sekolah. Akhirnya ia pamit pulang, berniat kembali ke kantor.
Karena keadaannya memang sedang kosong, cuma ada penjaga di depan.
Pintu keluar kamar ayahnya dibuka, yang langsung menampilkan wujud sang kakak yang tak jauh melebihi tinggi tubuhnya. Dari gerakan tangan yang terlihat, sepertinya ia berniat membuka pintu tetapi keduluan oleh Sunghoon.
"Buat apa kamu datang, anak durhaka."
Sunghoon sudah menyiapkan mentalnya untuk menghadapi situasi seperti ini. Pandangannya tak kalah menajam dari pandangan kakaknya itu.
"Permisi, bang"
Mendengar pernyataan si adik, bukanya menyingkir. Kakaknya itu malah diam, memalang pintu.
"Orang seperti mu, tidak cocok punya pasangan. Mau Joanna, atau yang dipilihkan ayah sekalipun, siapapun itu."
. . .
"Aku tahu, aku mengerti."
Jawaban singkat itu sepertinya cukup, Sunghoon tidak mau lama-lama berurusan dengan manusia satu ini. Lebih baik ia cepat pergi meninggalkan kakaknya yang mulai terlihat semakin marah.
—♣—
Sedangkan di sisi lain, ada Sunoo dan Jungwon yang sedang merayakan suka cita hari liburnya dengan bermain ps.
"Tembak, Noo. Jangan kasih kendor !,"
"Cover gue, Won...!"
Begitulah rancauan keduanya yang asik bermain tanpa memperhatikan sekitar. Yang mana sudah terdapat Jake di belakang mereka; duduk di sofa, kalau Jungwon sama Sunoo duduk di bawah depan sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Want the Best Part [SungSun] ✔️
Fanfiction"Mau gimana pun aku sama kamu harus jadi kita" Berjuang dibawah kekangan janji yang terucap bukanlah perkara mudah. Pasalnya Sungsun harus menghadapi pilihan sulit yang melibatkan antara 'janji' dan 'cinta' mereka. Yang mana yang akan dipilih ?, Dan...