BAB 2 : D-35, Pesan Asing

1.1K 94 11
                                    

______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________

Ketika masih kecil, Raka itu mudah menangis, hanya saja ia selalu memilih di depan siapa dia bisa menangis. Saat SD, dia sering kali menangis dan selalu ada Riko di sisinya. Karena jika Raka benar-benar telah menumpuk banyak kesedihan, dia butuh sebuah pelukan hangat untuk meredakannya. Biasanya, Riko yang akan melakukannya untuknya. Padahal sebenarnya, Riko bukan tipe yang suka kontak fisik.

Kemudian, ketika memasuki usia SMP hingga SMA, frekuensi Raka menangis mulai berkurang, hampir tidak pernah. Namun, ia masih tetap sering menceritakan apa saja kepada Riko. Termasuk juga soal perasaan dan pikirannya, dia sangat mudah terbuka akan hal itu. Tidak seperti Riko yang cenderung tertutup dan lebih suka mendengarkan.

Terakhir Riko pernah bercerita tentang dirinya adalah ketika ia melihat sekelompok anak SD kelas 6 telah mencuri. Ia yang sebagai saksi pun melaporkannya langsung kepada kepala sekolah. Itu kejadian saat mereka masih SD kelas 3. Riko memang masih terlalu polos saat itu jadi dia tidak mengerti prosedur untuk melaporkan tindakan siswa yang sebenarnya bisa saja melalui wali kelasnya dulu. Parahnya lagi, melapor ke kepala sekolah adalah saran dari Raka.

Sama-sama polos saling menyarankan jadi, ya, begitulah.

Raka dan Riko tidak terpisahkan sejak mereka lahir hingga sampai di usia SMA. Namun, beberapa hari terakhir Riko tiba-tiba mendiamkannya. Raka akui Riko itu memang anak yang pendiam, tetapi diamnya kali ini beda. Dia mengabaikan Raka. Benar-benar mengabaikan hingga rasanya Raka seperti transparan di mata Riko.

Raka dijauhi tanpa alasan yang jelas.

Jadi, untuk pertama kalinya, Raka kehilangan tempat untuknya bercerita.

Kemudian, Alpi---sosok teman dekat yang ia temukan di bangku SMA. Setelah Riko, kehadiran Alpi membuat Raka menemukan kembali tempat untuk ia bercerita. Namun, kemarin ia baru saja kehilangan untuk kedua kalinya.

Raka kehilangan dua sosok yang benar-benar membantu menjadi penopangnya selama ini.

Sebenarnya tidak hilang secara keseluruhan, Riko tetap ada. Hanya saja, bukan lagi Riko yang biasanya siap duduk di dekatnya untuk mendengarkan ocehannya.

Sementara Alpi, dia terbaring koma di ranjang rumah sakit. Ada sedikit retakan di tengkoraknya akibat benturan.

Benturan, ya?

Raka tersenyum miris ditemani dengan air mata yang menggenang tatkala mendengar informasi itu. Padahal jelas-jelas tiga orang itu telah memukuli Alpi secara brutal.

Saat ini Raka berada di dalam mobil, duduk di bangku belakang sopir dalam kukungan hening dan dingin. Raka tahu persis, sosok yang membawa mobil di depannya ini tengah menahan amarah.

Raka hampir tidak pernah dijemput oleh Pramudya---Papanya. Dan Raka tidak menyukai fakta bahwa dia akhirnya dijemput oleh Pramudya karena telah melakukan perkelahian dengan Darta yang membuat Darta diskors selama satu bulan. Selain itu, Darta juga harus masuk rumah sakit akibat Raka.

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang