BAB 7 : Selamat

643 63 24
                                    

_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________

Riko selalu berangkat pagi, jadi wajar jika koridor sekolah masih sepi. Namun, kali ini sepinya berbeda. Ia merasa bahwa suasananya ditaburi dengan kesan horor dan awan gelap di atas sana seolah mendukung. Rasanya seperti hanya dia saja penghuni sekolah itu.

Saat Riko masuk ke kelasnya, suasana mencekam semakin menjadi-jadi. Ia semakin merasa aneh, tapi ia memilih untuk mengabaikannya dan tetap berjalan menuju ke lokernya. Ada satu hal aneh yang membuatnya sempat mengurungkan niat untuk membuka lokernya, yaitu selembar stick note bening tertempel di depan pintu lokernya. Hanya sebuah tulisan singkat.

D - 28, begitu yang tertulis.

Riko mencoba mengabaikan lagi dan melanjutkan niatnya yang sempat tertunda untuk mengambil bukunya di dalam loker. Namun, ia lagi-lagi dikejutkan dengan benda aneh di dalam lokernya. Ada kantong plastik hitam mencurigakan yang tergeletak kaku. Dalam ingatannya, ia tidak pernah menaruh hal seperti itu dalam lokernya.

Kemudian, Riko menemukan selembar stick note lagi yang berwarna tosca dan kali ini tertempel di bagian dalam pintu lokernya. Namun, stick note itu dipenuhi dengan bercak-bercak kemerahan. Riko takut sekali untuk mengakui kalau itu darah. Ia bahkan tak berani untuk menyentuhnya. Hanya membiarkannya tetap di sana dan mulai membaca isinya yanh merupakan sebuah clue pertama.

Clue pertama atas apa?

Riko bertanya-tanya dalam benaknya. Ketika ia masih fokus, tiba-tiba plastik itu bergerak-gerak. Seperti di dalam film horor, ada saja tokoh utama yang sebenarnya penakut, tetapi ia tetap memeriksa hal yang mencurigakan. Riko melakukan itu. Melawan degup jantung dan keringat yang membasahi kening, tangannya maju untuk meraih dan membuka ikatan plastik hitam itu.

Lalu, hal yang selanjutnya benar-benar mengerikan sampai rasanya jantung Riko hampir melompat seperti bagaimana tikus itu melompat ke wajahnya.

Oh, bukan sembarang tikus. Tikus itu bentuknya tak wajar. Darahnya merembes kemana-mana. Tikus yang biasanya ditemukan di tengah jalan sebagai korban tabrak lari tiba-tiba muncul di dalam loker dan lompat ke wajah, BAGAIMANA TIDAK KAGET?!

Pada waktu yang bersamaan ketika tikus itu melompat ke wajah, menggelapkan pandangan, Riko langsung membuka mata. Napasnya berantakan seperti ia baru saja menyelesaikan maraton. Namun, ketika menyingkap pandangan, kali ini yang ia lihat adalah dinding kamarnya yang dipenuhi catatan-catatan. Sakit kepala seketika menyerang, begitu pun sesak yang menyusul dan membuatnya kesulitan bernapas. Ia benar-benar masih merinding atas apa yang telah terjadi waktu itu dan degupnya semakin kehilangan irama ketika bayangan mimpi tadi masih membekas.

Tak cukup membuatnya mual berlebihan waktu itu, kejutan di hari senin bahkan sampai mengikutinya dalam mimpi. Benar-benar keterlaluan.

Riko bergegas menuju ke kamar mandi yang memang tersedia di dalam kamarnya, mencuci wajah di sana berulang kali. Lambat laun perasaannya mulai tenang, meski pun masih meninggalkan sisa-sisa getar yang dibuktikan oleh tangannya yang bertumpu pada sisi wastafel. Setelah itu, ia kembali ke kamar, melirik jam yang menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Buku-bukunya yang masih berserakan di atas meja mengingatkan dirinya bahwa kantuk merebut jam belajarnya. Kantuk mengalahkan dirinya yang membuatnya justru ketiduran di atas meja.

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang