BAB 13 : D-16, Puas

458 51 19
                                    

____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________

Nona tidak tahu kesalahan apa yang ia lakukan sehingga ia harus menerima tamparan bahkan pukulan di belakang sekolah.

Apakah tidak memberikan uang ke mereka adalah kesalahan yang perlu dihukum?

Memangnya itu masuk akal?

Itu adalah uangnya, kenapa mereka harus memilikinya?

Lalu, Nona tidak pernah tahu bahwa ia akan dilahirkan dengan sesuatu yang kata orang-orang dia beruntung memiliki wajah yang cantik. Nona tak akan menyangkal, tapi tahukah mereka apa yang telah Nona alami selama hidupnya bersama wajahnya? Dengan wajahnya itu, banyak perempuan yang menganggap bahwa Nona telah banyak menggoda laki-laki. Mereka siap mengantre untuk Nona. Beberapa orang di hampir seantero sekolah menganggap begitu. Anehnya, mereka padahal tak pernah melihatnya secara langsung bagaimana Nona menggoda laki-laki. Bagaimana mungkin rumor tak berdasar itu beredar yang kemudian digemari? Termasuk tiga perempuan di depannya. Mereka mempercayai rumor itu, bahkan gemar sekali menebarkannya. Bahkan, tak jarang Nona tiba-tiba dilabrak oleh para perempuan yang mempercayai rumor tersebut.

Padahal, satu kali pun tidak pernah Nona berbuat seperti rumor yang beredar. Nona hanya fokus pada dirinya sendiri. Masalahnya sudah cukup pelik, untuk alasan apa lagi ia mau menambah masalah seperti itu? Dan lagi faktanya adalah, para laki-laki itu yang berusaha menempel padanya dan Nona selalu menolak mereka mentah-mentah dengan tegas.

Kemudian, dia yang terlahir sebagai anak guru apakah sebuah keberuntungan juga? Jika iya, maka Nona terlalu malas untuk menyangkal. Memang ia bersyukur atas hal itu. Yang aneh adalah, bagaimana mungkin orang-orang langsung memandangnya rendah dengan beranggapan bahwa Ayahnya yang seorang guru telah 'membantu' dia. Entah itu tentang Nona yang mendapatkan bocoran jawaban, atau yang paling parah adalah kejuaraannya telah dibantu oleh uang sogokan. Mengerikan.

Padahal posisi juara ke-2 umum adalah murni jerih payahnya sendiri. Namun, Nona terkadang terlalu lelah untuk menjelaskan. Biarkan saja. Mereka akan lelah dengan sendirinya. Mereka tidak akan dapat apa-apa karena mempercayai itu.

Kini, Nona terpojok di antara mereka bertiga. Di belakangnya hanya dinding. Kepalanya sudah cukup pusing karena terbentur oleh kerasnya dinding di belakangnya, jadi ia kurang bisa untuk berlari.

"Lo bawa uangnya kan?"

Bibirnya yang robek menyakitinya ketika ia mencoba menjawab. "Gue beneran gak bawa."

"Bohong!" gertak perempuan di depannya.

"Silakan kalau gak percaya."

"Lo itu pembohong! Bahkan sampai sekarang lo gak mau ngaku kalau lo udah berani deketin Riko."

"Memangnya gue bisa apa kalau ditunjuk sekelompok sama dia? Se-olimpiade sama dia? Asal lo tau, Dara, yang ada dipikiran gue cuman belajar dan dia saingan gue."

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang