BAB 3 : Keluarga Bahagia

1K 82 19
                                    

_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________


Raka tengah berada dalam mimpi ketika jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan ia mendapat sebuah telepon yang membuatnya terbangun. Rupanya, itu dari Muna---Ibunda Alpi.

"Assalaamu'alaykum, Nak. Maaf ya mengganggu waktunya. Maaf juga Ibu baru bisa menghubungi kamu."

"Wa'alaykumussalam, gapapa kok, bu. Raka udah nungguin Ibu nelpon dari kemarin."

"Makasih ya, nak sudah mau temenan sama Alpi dan bantu dia. Alpi pernah bilang kalau dia merasa seperti dapat teman sekaligus kakak dalam hidupnya. Ibu gak akan pernah lupa gimana senyumnya saat menceritakan kamu. Ibu mohon doanya untuk kesembuhan Alpi, ya. Makasih banyak, nak." Suara wanita itu terdengar serak. Seperti detik-detik yang telah ia lalui tak jauh-jauh dari isak tangis.

"Pasti, bu, sama-sama. Gimana kondisi Alpi, bu?"

"Kata dokter, cederanya tidak terlalu parah tapi belum bisa dipastikan kapan dia akan bangun. Tidak perlu terlalu khawatir. Jadi, kamu juga jalani sekolah kamu dengan baik ya, jangan terlalu mikirin Alpi. Dia bakal baik-baik aja, kok. Alpi juga pasti pengen kamu gak terus-terusan mikirin dia sama masalah kemarin."

"Alhamdulillah, Raka seneng dengernya, bu. Raka pasti doain yang terbaik buat Alpi dan Ibu!"

Setelah beberapa obrolan singkat nan hangat itu, sambungan terputus dan Raka berakhir kehilangan kantuknya. Raka memiringkan tubuhnya dan mendekat pada tepi ranjang. Ia mencari sosok kucing hitam menggemaskan yang biasanya tertidur di dekat nakasnya di atas sebuah bantal bulat yang empuk.

Raka mengelus bulunya dan hal itu mengundang senyum juga ketenangan untuknya.

"Sisi, mimpi apa kamu, hm?"

Kucing itu ia temukan di dalam kardus dekat tempat sampah delapan bulan yang lalu. Raka dan Riko sepakat untuk membawa dan merawatnya. Hal itu mudah walau di awal Pramudya sempat tak setuju, tetapi karena Riko berhasil memenangkan olimpiade Sains, maka kesepakatan pun terjalin.

"Papa Raka tadi dapet kabar loh, Si. Gak ada yang perlu dikhawatirkan soal Alpi. Nanti kita jenguk dia sama-sama. Sisi deal?"


Raka masih asyik mengelus bulu halusnya ketika mendadak dikejutkan oleh lampu yang tiba-tiba padam. Hingga hanya kegelapan yang Raka lihat. Dengan seketika, jantung Raka berdetak kuat. Kepalanya juga menjadi pusing luar biasa. Suara-suara mulai bermunculan dan terasa seperti berputar di sekitarnya.

"Minta maaf!"

"Dasar lemah!"

"M*ti! M*ti! M*ti!"

"M*ti aja kamu cepu!"

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang