BAB 11 : Orang Asing

507 50 16
                                    

_____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________

Ratu meletakkan pulpennya, sejenak ia menyatukan ruas-ruas jari, memanjangkan kedua tangannya ke depan lalu ke atas. Meregangkan otot-ototnya yang terasa sedikit kaku karena terlalu lama duduk di meja belajar. Berkutat berjam-jam dengan buku-buku, modul, video materi, tes, hitungan, dan tulisan benar-benar membuatnya mengantuk. Ia melirik jam dinding di sebelah barat kamarnya, jam setengah sembilan. Setengah jam lagi Ayahnya akan pulang dari kantor.

Ratu akan mengartikan itu sebagai jam istirahatnya sebentar. Ia mengingat pesan dari sang kakak sulung yang menyarankan agar ia beristirahat jika sudah mulai lelah belajar. Kakaknya tak mau kalau ia sampai mimisan lagi karena terlalu memaksakan diri seperti waktu itu.

Ratu mengambil HP-nya, menuju ranjang dan mengganti video materi dengan video dari seorang chef yang melakukan vlog. Ia menikmati tiap detik dari video itu, hingga pandangannya perlahan buram dan menjadi gelap seluruhnya.

Namun, secara mendadak sebuah hentakan kuat menariknya, memaksanya untuk bangun dan berdiri. Hal itu mendatangkan efek sakit kepala yang hanya bisa Ratu simpan dalam-dalam bagaimana rasanya. Dalam kondisi yang masih belum stabil keseimbangannya, Ratu mendengar gertakan Ayahnya.

"Bagus! Enak tidurnya?!"

"Ayah, Ratu baru aja, kok. M-mungkin lima menit."

"Oh, ya? Video yang kamu putar berdurasi 30 menit itu bakal selesai dalam 2 menit. Yakin kamu tidur cuman 5 menit?"

Ratu meneguk lidah, sekilas ia melihat jam ternyata sudah jam 9 lewat sepuluh menit.

"Berapa nilai fisika kamu kemarin?"

"92, Yah," jawab Ratu dengan gugup.

"Itu udah tinggi?"

Ratu menggeleng.

"Terus? Kok bisa kamu malah santai-santai kayak tadi!"

"M-maaf Ayah. R-ratu bakal berusaha lebih giat lagi. Ayah tenang aja. Ratu juga pasti bisa kayak Riko. Dan kak Raja."

"Udah ke berapa kalinya kamu ngomong gitu? Buktinya, Ayah masih harus tetap ngeluarin uang buat mohon-mohon sama wali kelas kamu. Mau sampai kapan kamu bikin Ayah malu begini?"

"T-tapi, Ratu gak pernah minta Ayah begitu..."

Plak!

Ratu membulatkan mata. Tidak terlalu terkejut, hanya saja reaksi itu selalu saja spontan. Meski sudah terbiasa. Namun, ini harusnya bukan hal yang bisa dibiasakan. Seorang pria berusia 45 tahun berstatus sebagai seorang Ayah dan menampar anak kandung perempuannya hanya karena anaknya beristirahat sebentar setelah lelah belajar. Hal biasa kah itu? Tidak, Ratu setuju harusnya adalah tidak.

"Gimana? Udah sadar setelah dipukul? Ingat, kamu aja bisa di peringkat 5 umum itu karena Ayah bantu. Gimana coba kalau Ayah nggak bantu kamu? Hancur! Ingat baik-baik!"

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang