BAB 16 : Senyum Yang Murni

548 61 13
                                    

____________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________

Raka sudah berusaha tetap tenang ketika Darta terus-terusan merancau untuk menyulut emosinya. Namun, tatkala untuk memastikan perkataan mereka bukan sekedar omong kosong, Raka mencoba menelepon Riko mau pun Nata yang akhirnya berujung tanpa kejelasan. Hal itu sukses membangun bayangan-bayangan yang mengundang rasa takut sekaligus marah di dalam dadanya. Membayangkan Riko berada dalam posisi sulit langsung membakar ketenangannya seketika. Maka, tanpa pikir panjang, ia langsung menerjang Darta.

Raka akui Darta mendadak lebih kuat dari sebelumnya, entah selama skors olahraga apa yang ia tekuni. Bahkan ia sudah mampu membalas duduk di atas Raka dan mengembalikan pukulan yang telah Raka berikan padanya. Yang Raka mampu lakukan adalah melindungi wajah dan kepalanya dengan kedua lengan yang ia satukan di depan wajah.

Setelah Raka berhasil menemukan sebuah celah, ia lantas menahan tangan Darta, menariknya dan membalik posisi mereka. Begitu terus entah sampai kapan. Mereka terus saling membalas pukulan demi pukulan.

Intinya, siang itu benar-benar heboh dan mengerikan. Bahkan sampai mengundang murid kelas lain berdatangan. Namun, mereka hanya menonton, tidak ada yang berani menghentikan perkelahian itu, termasuk Ian dan Fajar yang sudah ketakutan duluan melihat mereka.

"Saya udah kasih peringatan," gumam Raka di sela-sela perkelahiannya.

"Gak berasa kayak peringatan, tuh." Darta yang sudah berhasil menjaga jarak dengan Raka menghapus jejak darah di sudut bibirnya. Ia tersenyum, entah sudah yang ke berapa. "Lagi, dong. Masa segini doang? Gue masih bisa berdiri, nih."

Raka sejenak mengatur napas. Darta yang tak mendapati respon pun langsung mengeluarkan jurusnya lagi.

"Huhu, bang Raka, lo dimana~" ejeknya.

Darta tersenyum puas menyadari itu benar-benar membuahkan hasil. Darta berlari ketika Raka berapi-api mengejarnya. Raka berhasil menyentuh punggung Darta yang mendadak menjadikan laki-laki itu terguling hingga keluar dari kelas.

Ada yang aneh, tapi Raka tidak mempedulikan. Ia kembali menaiki tubuh Darta. Satu tangannya kembali mencengkeram kerah seragam Darta dan tangan yang lain sudah terkepal kuat. Bahkan telah ia layangkan tepat ke wajah Darta. Aneh sekali. Kali ini, Darta tiba-tiba tidak melawan seperti di dalam kelas tadi. Dia hanya membiarkan Raka menaikinya, tanpa berusaha menghindar atau melepaskan diri. Kemudian, Raka membiarkan kepalan tangannya di udara, menahan pukulannya, dan berusaha memahami situasi ketika Darta hanya tersenyum kepadanya. Seperti ia telah memenangkan sesuatu.

Memang ada yang aneh.

Padahal Raka tadi tidak mendorong Darta, hanya menyentuh punggungnya, tapi laki-laki itu terpental hingga keluar kelas. Seperti itu adalah sebuah kesengajaan.

Harusnya Raka bisa menyadari itu. Dari awal.

***

Riko dan Nata yang menyadari banyak orang berlarian di koridor langsung menoleh. Padahal saat itu mereka tengah sibuk mengerjakan tugas matematika di kelas. Mendengar nama Raka dan Darta disebut Nata reflek berdiri.

D-DAY : Raka dan SuaranyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang