________________
"Nat, lo jam istirahat ada kegiatan OSIS?"
Untuk ke sekian kalinya, pada jam istirahat Nata akan mendapati Riko yang telah siap dengan posisi membaringkan kepala di meja. Tepat di atas lipatan tangannya dengan nyaman.
"Enggak, kenapa?"
"Gue mau tidur bentar. Kalau sudah bunyi bel, tolong bangunin gue."
"Oke, silakan. Gue di samping lo bareng Mr. Holmes," balas Nata sambil menunjukkan sebuah novel bertema detektif favoritnya.
Riko menanggapi dengan senyum tipis dan mengangguk, lalu matanya terpejam rapat.
Waktu berjalan dengan damai, hinggga akhirnya bel telah berbunyi dan Nata menyadari bahwa Riko masih terlelap. Ia mencoba menggoyangkan bahunya, tapi hal itu tak mempengaruhinya sama sekali. Padahal dia adalah tipe yang sensitif dengan sentuhan ketika sedang tetidur. Namun, seberapa kuat Nata mengguncang bahunya, Riko masih tetap memejamkan mata. Bahkan teriakan paniknya yang berulang kali menyebut namanya pun seperti tak terdengar sama sekali.
Nata segera membawa tubuh itu untuk memaksanya duduk. Jika saja tubuh yang lemas itu tidak segera menyenderkan kepalanya pada bahu Nata, maka sudah dipastikan akan ambruk di lantai.
"Nusa! Bantuin gue!" teriak Nata pada salah satu teman di kelasnya.
Nusa membantu Nata untuk membopong tubuh Riko yang lemas di punggungnya. Banyak pasang mata yang menangkap pemandangan di mana Nata berlarian di koridor dengan Riko yang pingsan di punggungnya. Bahkan ketika beberapa teman OSIS Nata menyapa, Nata tidak bisa terlalu fokus sehingga hanya pengabaian yang bisa ia tunjukkan.
***
Suasana UKS yang hening tiba-tiba pecah karena kedatangan Darta. Nata reflek berdiri dari sofa yang berada tidak jauh dari pintu. Darta masuk dan bergerak ribut, seolah mencari sesuatu yang hilang dengan panik. Entah darimana kepanikan itu berasal bahkan sampai membuatnya lupa melepaskan sepatunya.
"Raka mana?"
"Raka? Dia enggak ada di sini."
"Lah? Kata teman-teman sekelasnya dia ke---"
Darta belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba saja Raka muncul dengan panik sama sepertinya beberapa menit yang lalu. Bahkan kini keduanya berdiri bersebelahan dengan saling melemparkan tatapan bertanya-tanya.
"Gue gak tau kenapa sama kalian, tapi sepanik-paniknya kalian, tolong itu sepatu dilepas dulu."
Darta dan Raka kompak memandang Nata, lalu melihat ke bawah kaki mereka. Sepanik itu kah mereka?
"Lo dari mana? Kata temen sekelas lo, lo ke UKS."
Darta lebih dulu membuka suara ketika mereka bertiga telah duduk. Sofa yang hanya cukup untuk dua orang sudah terisi oleh Raka dan Nata. Sementara Darta, ia mengambil sebuah kursi yang biasanya digunakan para murid untuk konsultasi dengan petugas UKS. Darta duduk dengan posisi senderan kursi yang berada di depan tubuhnya sehingga ia bisa menaruh lipatan tangannya di atas senderan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
D-DAY : Raka dan Suaranya
Teen FictionRaka dan Riko itu ditakdirkan kembar. Namun, itu tak menjadikan bahwa segala aspek dalam kehidupan mereka sama sebagaimana wajah mereka. Mereka memang sama, tapi ruangan mereka seolah berbeda. Ruang yang paling terang adalah ruang milik Riko. Ruang...